Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, baru-baru ini membahas potensi gempa besar dari zona megathrust di Indonesia, khususnya di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Daryono menjelaskan bahwa kedua zona ini sudah lama tidak mengalami gempa besar, menciptakan apa yang disebut sebagai seismic gap, yaitu periode panjang tanpa aktivitas gempa yang signifikan.
BMKG menyebut bahwa potensi gempa di kedua zona ini mirip dengan potensi gempa di Megathrust Nankai di Jepang, yang baru-baru ini memicu gempa dengan magnitudo 7,1 di Miyazaki. Sejarah mencatat bahwa zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut belum mengalami pelepasan energi yang signifikan selama ratusan tahun. Gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, sementara di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797.
Daryono juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan, mengingat belum ada teknologi yang dapat memprediksi secara akurat kapan gempa besar akan terjadi. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada namun tetap menjalankan aktivitas normal sehari-hari. BMKG terus memantau dan siap memberikan informasi terkait gempa dan tsunami secara cepat dan akurat.
Kawasan Sumatera Barat, yang dekat dengan zona megathrust Mentawai-Siberut, telah beberapa kali mengalami tsunami, dan berdasarkan pemodelan terbaru, tsunami akibat gempa dengan skenario terburuk dapat mencapai lebih dari 10 meter dalam waktu kurang dari 30 menit setelah gempa. (dimas)