Demi Sekolah, Pelajar SD di Sukabumi Bergelantungan di Jembatan Gantung Hampir Putus

Demi Sekolah, Pelajar SD di Sukabumi Bergelantungan di Jembatan Gantung Hampir Putus
DEMI SEKOLAH:--Anak-anak murid SD di Desa Neglasari dan Bantarpanjang, Kab. Sukabumi, nekad bergelantungan di atas jembatan rusak yang melintasi Sungai Cikaso.--( Foto:Ist)

Sukabumi, Bantengate.id– Sejumlah pelajar sekolah dasar (SD) di Desa Neglasari dan Bantarpanjang, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, harus “bertaruh nyawa” agar bisa sampai ke sekolah. Para pelajar  harus menyeberangi Sungai Cikaso dengan cara bergelantungan di jembatan gantung yang sudah rusak dan hampir putus.

Bacaan Lainnya

“Jembatan gantung tersebut merupakan  penghubung utama antara Desa Neglasari dan Bantarpanjang. Banyak pelajar, mulai dari tingkat SD hingga SMA, yang terpaksa masih memanfaatkan kendati sudah rusak  untuk menyeberangi Sungai Cikaso demi menghemat waktu,” kata Kepala Desa Neglasari, Rahmat Hidayat, di Sukabumi, seperti ditulis CNC Media pada Selasa 23 Juli 2024.

Menurut Rahmat, jembatan ini rusak akibat disapu banjir bandang beberapa bulan lalu dan hingga kini belum diperbaiki. Meskipun kondisinya sudah sangat memprihatinkan, jembatan tetap menjadi akses utama warga yang ingin menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.

Pihak Desa Neglasari merasa khawatir melihat para pelajar bergelantungan di sisa besi pijakan jembatan tersebut, karena bisa terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti terjatuh ke aliran sungai berarus deras itu.

Sebenarnya ada akses jalan lain yang bisa digunakan untuk menyeberang, tetapi jaraknya jauh, diperkirakan mencapai 10 kilometer, dan aksesnya tidak memadai serta memakan waktu lama, yaitu sekitar 1-2 jam untuk menyeberang dari Desa Neglasari ke Bantarpanjang maupun sebaliknya.

“Jika air sungai tengah surut, mereka biasanya menyeberang lewat aliran sungai. Namun, yang dikhawatirkan jika terjadi banjir bandang tiba-tiba, bisa menghanyutkan siapa pun yang tengah menyeberang,” tambah Rahmat.

Pihak Desa Neglasari sudah meminta bantuan dan bersurat ke instansi terkait untuk segera membangun jembatan permanen, namun hingga kini belum terealisasi. Maka dari itu, Rahmat berkoordinasi dengan Kepala Desa Bantarpanjang agar dana desa 2025 sebagian dialokasikan untuk perbaikan jembatan jika bantuan untuk pembangunan ulang belum terealisasi.

Sementara itu, salah seorang guru SDN Cibadak, Desa Neglasari, Leni Sumarni, mengatakan bahwa jembatan ini merupakan akses utama warga, khususnya pelajar yang berada di dua desa untuk menyeberang. Dengan kondisi jembatan yang rusak, dirinya yang merupakan warga Desa Bantarpanjang terpaksa harus bergelantungan di sisa besi jembatan tersebut agar bisa mengajar murid-muridnya tepat waktu.

Untuk menyeberangi Sungai Cikaso dengan cara bergelantungan di sisa puing jembatan maupun aliran sungai (saat surut) hanya membutuhkan waktu 10 menit. Tetapi jika memanfaatkan akses jalan lain bisa memakan waktu lebih dari satu jam.

“Setiap hari saya, para pelajar, dan masyarakat harus seperti itu untuk menyeberang. Bahkan saat hujan pun kami tetap nekat menyeberang agar bisa sampai tujuan tepat waktu. Kami berharap jembatan ini bisa segera diperbaiki karena banyak pelajar dari dua desa yang hendak bersekolah harus bertaruh nyawa melewati jembatan ini,” ujar Rahmat.

Seorang pelajar kelas V SDN Cibadak, Putri (12 tahun), mengatakan awalnya sempat takut melintas dengan cara bergelantungan di rangka jembatan gantung, tapi sekarang sudah mulai terbiasa. Aksi nekat yang dilakukannya ini agar dirinya dan rekan-rekannya bisa menimba ilmu di sekolah. Namun, jika turun hujan deras, terpaksa meliburkan diri demi keselamatan karena takut terjatuh ke sungai dan tenggelam.–(red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *