Lebak, Bantengate.id– Kemunculan sekelompok lutung jawa (Trachypithecus auratus) di sekitar Kampung Pasir Kanyere, Desa Cimandiri, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten Selatan, pada Minggu 8 September 2024 menjadi perhatian warga setempat. Selain menimbulkan kekaguman, keberadaan primata yang dilindungi ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Lutung jawa, yang juga dikenal sebagai monyet hitam, merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang terancam punah. Status konservasi mereka yang dilindungi oleh undang-undang menjadikan kehadiran mereka di luar habitat alaminya perlu mendapat perhatian serius.
Warga sekitar Kampung Pasir Kanyere sering kali melihat sekelompok lutung mencari makanan di pinggir jalan, memetik dedaunan dari pepohonan yang berada tak jauh dari permukiman.
Menurut Riska, salah seorang warga setempat, kemunculan satwa ini diduga kuat dipicu oleh kerusakan habitat di kawasan hutan sekitar desa. “Mungkin ini akibat perambahan hutan oleh warga untuk lahan perkebunan dan permukiman. Akibatnya, habitat lutung menyempit dan mereka keluar untuk mencari makan,” jelasnya.
Kondisi hutan yang semakin terbuka karena aktivitas manusia, seperti penebangan pohon untuk pembukaan lahan pertanian, menyebabkan satwa liar seperti lutung terpaksa bergerak ke area yang lebih dekat dengan permukiman. Perubahan ini tak hanya berpengaruh pada keseimbangan ekosistem, tetapi juga meningkatkan interaksi yang berpotensi membahayakan antara manusia dan satwa liar.
Kerusakan lingkungan hidup, terutama perusakan hutan, merupakan salah satu penyebab utama konflik antara manusia dan satwa liar. Hilangnya pohon-pohon besar yang menjadi sumber makanan dan tempat berlindung bagi satwa seperti lutung, memaksa mereka untuk turun ke wilayah yang lebih rendah, yang sering kali sudah didiami oleh manusia.
Ridwan, warga lain yang tinggal di sekitar desa tersebut, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kehadiran lutung yang semakin dekat dengan permukiman. “Kami takut kalau mereka sampai masuk ke dalam rumah. Saya pernah dengar ada kasus di kecamatan lain, di mana seekor monyet mencakar seorang anak sampai harus dirawat di rumah sakit,” katanya.
Ridwan menambahkan, seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia di kawasan hutan, masyarakat di daerah ini sering kali merasa terancam oleh kehadiran satwa liar yang mencari makanan. “Kami butuh solusi, jangan sampai hal yang tidak diinginkan terjadi,” ungkapnya.
Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Desa Cimandiri. Di berbagai daerah, konflik antara manusia dan satwa liar sering kali dipicu oleh perusakan habitat. Ekspansi permukiman, konversi hutan menjadi lahan perkebunan, dan pembalakan liar menjadi beberapa faktor utama yang mengakibatkan satwa kehilangan tempat tinggal mereka. Akibatnya, satwa seperti lutung terpaksa mencari makanan di luar habitat alaminya, yang berpotensi mengganggu masyarakat sekitar.
Sebelumnya, kejadian tragis pernah dialami bayi umur dua bulan warga Kampung Buntur Hilir, Desa Parungpanjang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, 29 April 2024 diserang oleh monyet liar hingga terluka pada bagian perutnya dan harus di rawat di RSUD Malingping. Bayi tersebut anak pasangan dari Munasir dan Siti Aisah.
Kerusakan habitat satwa liar seperti lutung jawa dan monyet menjadi salah satu dampak langsung dari perusakan hutan. Penebangan hutan yang tidak terkendali menghilangkan sumber makanan dan tempat tinggal mereka, sehingga satwa ini terpaksa mencari sumber makanan di tempat lain, termasuk di permukiman warga.–(dimas)