Inovasi Digital “Abang Rindu Ceu Ting Tole”: Upaya Efektif Dalam Menurunkan Angka Stunting di Kabupaten Tangerang

Inovasi Digital “Abang Rindu Ceu Ting Tole”: Upaya Efektif Dalam Menurunkan Angka Stunting di Kabupaten Tangerang

Tangerang, Bantengate.id–Kabupaten Tangerang terus berinovasi dalam meningkatkan pelayanan publik di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu inovasi digital yang digarap adalah;”Abang Rindu Ceu Ting Tole,” sebuah program yang dirancang untuk meningkatkan jumlah kunjungan balita ke Posyandu serta menekan angka stunting di wilayah tersebut.

Bacaan Lainnya

Inisiatif ini merupakan pembaruan dari inovasi sebelumnya dan telah menunjukkan hasil yang signifikan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.

Latar belakang inovasi ini bermula dari kondisi stunting yang masih menjadi masalah utama di Indonesia, termasuk di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil survei status gizi balita, kasus stunting di wilayah ini masih mencapai angka 23,3%, jauh di atas target nasional sebesar 14% pada tahun 2024.

Menghadapi tantangan ini, UPTD Puskesmas Suradita sebagai desa lokus stunting merasa perlu melakukan perubahan dalam pendekatan mereka, khususnya dalam mengatasi rendahnya tingkat kunjungan balita ke Posyandu dan poli gizi.

“Abang Rindu Ceu Ting Tole” menjadi solusi inovatif yang menggabungkan teknologi digital dengan pemberdayaan masyarakat. Melalui aplikasi WhatsApp, program ini memberikan pemberitahuan jadwal Posyandu secara langsung kepada ibu balita, memudahkan mereka dalam mengatur waktu untuk melakukan konsultasi mengenai status gizi anak.

Selain itu, program ini juga menyediakan layanan telekonsultasi, yang memungkinkan orang tua untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter spesialis anak tanpa harus datang langsung ke Puskesmas.

Salah satu aspek penting dari inovasi ini adalah pemberian Makanan Pendamping ASI (PMT) berbahan dasar protein hewani, seperti telur dan ikan lele. PMT ini diberikan secara rutin kepada balita yang mengalami masalah gizi, dengan dukungan dari swadaya masyarakat serta bantuan langsung dari desa atau kecamatan. Hal ini tidak hanya membantu dalam memperbaiki status gizi balita, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya menurunkan angka stunting.

Sejak diluncurkan “Abang Rindu Ceu Ting Tole” telah menunjukkan hasil yang sangat positif. Pada tahun 2023, terjadi peningkatan kunjungan balita ke Posyandu sebesar 73,4%, dan pada semester pertama tahun 2024 angka ini meningkat lagi menjadi 80,4%. Selain itu, jumlah konsultasi di poli gizi juga mengalami lonjakan, dari hanya 35 kunjungan pada tahun 2021 menjadi 191 pasien pada semester pertama tahun 2024. Dari jumlah tersebut, 147 pasien merupakan hasil tindak lanjut dari telekonsultasi melalui WhatsApp.

Inovasi ini juga berhasil menjalin kerja sama lintas sektor, termasuk dengan bank sampah, kecamatan, dan desa dalam penyediaan PMT tinggi protein. Kerja sama ini tidak hanya memperkuat jaringan dukungan bagi program ini, tetapi juga menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama dalam mengatasi masalah stunting di Kabupaten Tangerang.

“Abang Rindu Ceu Ting Tole” adalah contoh nyata bagaimana inovasi digital dapat meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas layanan kesehatan, terutama bagi masyarakat yang berada jauh dari pusat layanan. Program ini tidak hanya memudahkan akses ke layanan gizi, tetapi juga mengurangi waktu perjalanan dan antrian, memberikan fleksibilitas bagi para ibu balita dalam mengatur waktu untuk konsultasi, serta meningkatkan pengetahuan mereka tentang pentingnya gizi dalam mencegah stunting.

Dengan keberhasilan yang telah dicapai, inovasi ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain dalam upaya menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia. Kabupaten Tangerang, melalui “Abang Rindu Ceu Ting Tole,” telah menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat dan dukungan teknologi, tantangan besar seperti stunting dapat diatasi dengan lebih efektif dan berkelanjutan.--(red)

Pos terkait