Bantengate.id, Bogor, Kamar Ijo Community berhasil mendapatkan Grant dari Young Southeast Asian Leader (YSEALI) dan Kenan Foundation untuk menjalankan proyek di Pulau Pari, projek ini dimentori oleh Nuuruzzaman As Sidiqi, sebagai alumni YSEALI dan seorang Social Enterpreneur.
Kamar Ijo Community telah melaksanakan kegiatan yang bertajuk “Kamar Ijo turns Climatonomic” dengan motto “Mangroves for Greener and Sustainable Future”. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu menyelamatkan iklim bumi melalui penanaman 3000 bibit bakau dan sekaligus mendorong pemberdayaan ekonomi wanita di Pulau Pari melalui serangkaian kegiatan pengolahan produk bakau. Hal ini sejalan dengan kata “climatonomic” yang kami artikan penanganan iklim sekaligus memberdayakan ekonomi masyarakat.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 9-10 September di Pulau Pari, Kepulauan Seribu terdiri dari 4 sesi acara, dimana acara dibuka oleh Yeni Rahmawati selaku perwakilan sekaligus Co-Founder Kamar Ijo Community dan dilanjutkan sambutan oleh Project Leader dan juga Co-Founder Kamar Ijo Community, Osmaleli.
Para ibu-ibu di Pulau pari yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Pulau Pari yang diketuai oleh Ibu Asmania menyambut kegiatan ini dengan sangat baik dan antusias. Pada sesi pertama, Kamar Ijo mengajak para perempuan Pulau Pari untuk berdiskusi dengan fungsi pohon bakau baik secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. Diskusi ini dipimpin langsung oleh Osmaleli sebagai ahli di bidang ekonomi dan lingkungan. Diskusi berlangsung dengan partisipasi aktif para perempuan pulau Pari yang bergiliran menjawab dan menyuarakan pendapatnya tentang fungsi-fungsi mangrove.
Pada sesi kedua ibu-ibu Kelompok Perempuan Pulau Pari melakukan praktek langsung pembuatan berbagai jenis produk makanan yang berasal dari bakau. Kegiatan ini dipandu oleh Bapak Abdul Latief yang merupakan ahli pengolahan produk-produk mangrove dari Indramayu. Pada sesi ini ibu-ibu berhasil membuat tiga buah prooduk mangrove yakni wedang pesisir, sirup mangrove, dan nugget mangrove. Ibu-ibu saling bekerja sama untuk menyelesaikan pembuatan ke tiga produk tersebut baik menyiapkan bahan yang terdiri dari tepung, gula, telur, ikan dan lain-lain juga bergantian dalam mengolah produk tersebut.
“Ada sekilar 120 produk mangrove yang sudah saya teliti dan saya olah menjadi berbagai produk baik makanan, minuman, obat maupun kosmetik. Saya harap beberapa produk yang dipraktekkan hari ini dapat menginspirasi ibu-ibu sekalian untuk secara mandiri mengolah produk mangrove dan menjualnya kepada wisatawan untuk meningkatkan perekonomian ibu-ibu di sini”, ujar Abdul Latief.
Hari Kedua dipagi hari pukul 7, Tim Kamar Ijo dan Kelompok Perempuan Pulau Pari melakukan penanaman 3000 batang mangrove di pantai Rengge, Pulau Pari. Penanaman mangrove dibantu oleh pengunjung yang sedang menikmati sunrise, dan mereka sangat antusias untuk ikut berpartisipasi. Selain pengunjung, penanaman mangrove juga dibantu oleh beberapa orang remaja yang berasal dari Pulau Pari.
“Selama 1.5 jam penanaman selesai. Mangrove yang sangat cocok ditanam di Pantai Rengge adalah jenis Rhizophora Stylosa, karena tipe tanahnya yang berpasir, ungkap Abdul Latif.
Kegiatan hari kedua berakhir dengan membuat produk dari mangrove yaitu kopi dan dodol dari mangrove. “Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi perempuan pulau pari dan bisa sebagai sumber pendapatan untuk mendukung keberlanjutan kelompok mereka, dan tentunya untuk kesejahteraan masyarakat pulau pari pada umumnya”, tandas Osmaleli.
Penulis: Osmaleli dan Yeni Rahmawati