LEBAK, BANTENGATE.ID – Wajah murung bercampur sedih menyelimuti Anggun, seorang siswi yang duduk di bangku kelas dua di Sekolah Dasar Negeri 1 Laban Jaya Kecamatan Banjarsari Kabupaten Lebak. Pasalnya, Puteri cilik berusia 8 tahun ini merasa kecewa dan tak terima setelah melihat hasil Raport dan Profil Peserta Didik yang diberikan gurunya.
Anggun mendapat Penilaian Tertinggi Sementara ke- 8 (delapan) atau tujuh tingkat dibawah teman-temannya, padahal anak dari pasangan Rudi Suhaemat dan Mimi Suhayami ini diakui oleh teman sekolahnya merupakan murid yang paling pandai dan cerdas.
“Masa yang mendapat Penilaian Tertinggi Sementara ke- 1,2,3,4,5 ,6, dan 7 gak bisa baca, ngitung, dan tulis. Gimana ceritanya dapat nilai tertinggi dari Anggun, aneh,” cetus Anggun dengan wajah sedih bercampur kesal saat ditemui bantengate.id di kediamannya, Minggu (19/12/21).
Anggun juga merasa heran dan tak habis pikir atas perolehan Penilaian Tertinggi Sementara yang diberikan gurunya, padahal kata Anggun, teman-temannya yang mendapatkan Penilaian Tertinggi Sementara diatasnya itu kerap menyontek hasil jawaban kepada ia saat ulangan.
“Apa karena mereka anak orang punya, apa karena mereka anak orang berpangkat, apa karena mereka juga anak pejabat, tidak seperti saya om hanya anak orang yang sederhana ,” ucapnya dengan nada ketus.
Pada tempat yang sama, Rudi Suhaemat yang merupakan wali murid Anggun saat dikonfirmasi media mengatakan, guru merupakan faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang berkualitas, berhasil dan tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuan tidak dapat dipisahkan dari kiprah peran guru. Oleh karena itu, katanya, usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas guru, diantaranya adalah guru yang mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran melainkan bukanlah guru yang lebih mengedepankan hubungan emosional tanpa melihat prestasi dan kemampuan siswa.
“Dari kelas 1 (satu) anak saya selalu mendapat peringkat tiga, sekarang merosot menjadi peringkat tujuh. Ternyata setelah diselidiki, teman-temannya Anggun selalu mencontek kepadanya, hal ini terjadi karena lemahnya pengawasan dari gurunya,” terang Rudi.
Lebih lanjut ia mengatakan, lemahnya pengawasan yang dilakukan guru terhadap murid saat proses pembelajaran menunjukan jika guru tersebut terkesan tidak profesional dalam menjalankan tugas dimana hal ini menurutnya akan berdampak terhadap lemahnya kemampuan dan prestasi murid lantaran guru tidak mengetahui sudah sejauh mana kemampuan murid tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran.
“Yang cerdas dapat ranking 8 (delapan) padahal atas nama Anggun kirana ini anak cerdas, kalau ulangan teman-temanya pun pada nyontek sebab kurangnya pengawasan dari guru, bahkan guru kerap meninggalkan ruangan disaat murid sedang ulangan. Jelas, selaku orang tua siswa saya kecewa atas sikap guru SD Negeri 1 Laban Jaya yg terkesan tidak profesional,” tegasnya.
“Saya minta agar para guru khususnya guru pengajar di SD Negeri 1 Laban Jaya rajin masuk kantor guna memberikan pelajaran sama murid,” imbuhnya.
Disesalkan, hingga berita ini diturunkan, pihak media belum dapat terkonfirmasi dengan pihak sekolah. ***(dad).