Masyarakat Adat Kasepuhan Cisitu, Panen Padi Secara Tradisional

Panen padi sawah masyarakat adat Kasepuhan Cisiitu, Kecamatan Cibeber, Lebak Selatan-(foto: ridwan/bg)

Lebak, BantenGate.id – Masyarakat adat Kasepuhan Cisitu, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, menggelar acara panen padi sawah secara tradisional pada Selasa dan Rabu ( 8 – 9 April 2025).

Bacaan Lainnya

Panen raya padi ini dilakukan dengan metode yang sudah diwariskan turun-temurun, yakni dengan cara dietem atau memanen padi menggunakan alat tradisional bernama ani-ani. Proses panen yang dilakukan dengan cara dipetik ini melibatkan seluruh masyarakat adat yang antusias merayakan hasil bumi yang melimpah.

Acara ngetem padi di sawah dihadiri Komandan Kodim 0603/Lebak, Letkol Inf Herbert Rony Parulian Sinaga, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat, STTP, M.Si.; Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, Imam Rismahayadin; Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lebak, Rahmat Yuniar; Pemangku Adat Kasepuhan Cisitu, Abah Yoyo Yohenda; Kesatuan Adat Banten Kidul (SABAKI), H. Sukanta; Danyon Brimob Batalyon C Pelopor, Kompol Asep Renggana, S.H.; Wakil Pimpinan Cabang Bulog Kabupaten Lebak, Kolonel (Purn) Warnoto, serta Forkopimcam Cibeber.

Dandim 0603 Lebak, Letkol Inf Herbert Rony Parulian Sinaga, menyampaikan bahwa panen padi ini sangat menarik, karena dilaksanakan dengan cara yang masih sangat tradisional. Ia berharap kegiatan ini dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya dan mendukung program ketahanan pangan nasional. “Dengan dimulainya panen padi ini, kami berharap kebutuhan pangan masyarakat tetap terjaga, dan kesejahteraan akan semakin meningkat,” ujarnya.

Kaum ibu masyarakat adat Kasepuhan Cisitu, dengan suka cita memainkan seni tradsional gendreh (tumbuk lesung), menyambut  panen padi di sawah.–(foto: ridwan/bg)

Tradisi “Dietem” dan Proses Panen Penuh Makna

Bagi masyarakat Kasepuhan Cisitu, panen padi dengan cara dietem atau menggunakan ani-ani bukan hanya sekadar kegiatan bertani. Ini adalah bagian dari tradisi dan budaya yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu, tepatnya sejak tahun 1685.

Proses panen dilakukan secara serentak di pesawahan yang luas, sekitar 2.500 hektar, milik masyarakat adat. Setelah padi dipetik, padi akan diikat menggunakan tali yang disebut pocongan, lalu dibawa ke tempat penjemuran yang disebut Lantaian. Padi yang telah dijemur akan disimpan dalam leuit (lumbung padi) setelah proses pengeringan selama sekitar 15 hari.

Panen yang dilakukan secara tradisional ini juga diiringi dengan berbagai prosesi adat, termasuk tradisi tumbuk lesung, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang diberikan.

Ketahanan Pangan Nasional

Abah Yoyo Yohenda, Pemangku Adat Kasepuhan Cisitu, menjelaskan bahwa kegiatan panen padi ini tidak hanya untuk merayakan hasil bumi, tetapi juga sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Tuhan.

“Memetik padi menggunakan ani-ani adalah tradisi yang sudah ada sejak abad ke-17, dan hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Cisitu sebagai bagian dari identitas budaya yang akan terus dijunjung tinggi,” kata Abah Yoyo.

Menurut Abah Yoyo, pesawahan yang dikelola oleh masyarakat adat Kasepuhan Cisitu mencakup lahan seluas 2.500 hektar, namun yang sudah produktif seluas 1.967 hektar. Tanam padi yang dilaksanakan masyarakat adat Cisitu hanya satu kali dalam setahun. Hal ini disebabkan terbatasnya sumber air yang tersedia.

Untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut, Abah Yoyo berharap Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten, dapat membantu pembangunan irigasi yang memadai, karena wilayah Cisitu memiliki potensi sumber air yang melimpah.

“Ada tiga irigasi yang mohon dibangun, yaitu irigasi Lebak Randu yang bisa mengairi pesawahan seluas 400 hektar, irigasi Pasir Katimus yang bisa mengairi sawah seluas 450 hektar, dan irigasi Pematang Kolecer dengan luas areal sawah 700 hektar,” kata Abah Yoyo.

Menurut Abah Yoyo, masyarakat adat Kasepuhan Cisitu, bersama pemangku Taman Nasional telah sepakat untuk tetap melestarikan dan menjaga hutan. Sebab, hutan lestari, rakyat sejahtera. “Hutan hejo (hijau), rakyat kudu ngejo (bisa memasak nasi).”

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat, sangat mengapresiasi semangat petani di wilayah adat Kasepuhan Cisitu. Penanaman padi di Cisitu merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan.

“Kami mendukung inisiatif masyarakat adat Kasepuhan Cisitu dalam melestarikan tradisi pertanian dan memajukan swasembada pangan. Kami juga akan berupaya untuk membantu pembangunan infrastruktur irigasi agar hasil pertanian semakin optimal,” kata Rahmat.— (ridwan/hendrik/bg)

Pos terkait