Merdeka Belajar Sesuai Fitrah

Merdeka Belajar Sesuai Fitrah

Bacaan Lainnya

Oleh, Dian Martiani

 

HARI PENDIDIKAN NASIONAL diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889.  Ki Hadjar Dewantara,  seorang Pahlawan Nasional yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku Pendidikan (Kompas TV).

Sesungguhnya kemerdekaan untuk belajar bagi siapa saja ternyata sudah disuarakan oleh Ki Hadjar Dewantara,  sudah sejak satu dekade lalu. Bernama asli Raden Mas Soewardi Soejaningrat, ini memiliki semboyan yang sangat dikenal dalam dunia pendidikan; Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh), Ing Madya Mangun Karso (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan).

Sebuah semboyan yang mengandung filosofi yang sangat dalam itu masih tetap dikenang dan relevan untuk diimplementasikan didunia Pendidikan saat ini. Kemerdekaan belajar yang disuarakan oleh Ki Hadjar Dewantara ini disempurnakan konsepnya oleh Mendikbudristek, Nadiem Makarim. Bahwa kemerdekaan belajar itu, tidak hanya berhak dikecap oleh seluruh warga negara Indonesia, namun juga peserta didik harus merdeka belajar dan diberi kesempatan mengembangkan potensi dan pembelajarannya sesuai dengan minat dan bakat.

Konsep Pendidikan yang luar biasa yang perlu disambut dengan baik. Betapa menyenangkannya sekolah-sekolah bagi peserta didik, jika menerapkan konsep ini.  Peserta didik akan dilayani sesuai dengan bakat dan minatnya.  Sesuai fitrahnya.  Sesuai dengan kecenderungan dan modalitas kecerdasan otak utamanya. Dimana belahan otak yang paling dominan kecerdasannya, akan menentukan  apa bakat dirinya, dan apa yang diminatinya.

Guru-guru disekolah, akan memberikan pembelajaran sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan peserta didiknya.  Bukan pembelajaran dan penilaian sapu jagat yang selama ini diterapkan.  Konsep merdeka belajar seyogyanya dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik mengenai (mata)pelajaran apa yang ingin didalami sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pertanyaannya?….Apakah semua sekolah sudah melakukan pemetaan terhadap bakat dan minat anak itu secara keseluruhan, sehingga mengetahui potensi apa yang dimiliki masing-masing anak? Untuk kemudian bakat dan minat itu dikembangkan dalam desain kurikulum di sekolah. Adakah instrument yang direkomendasikan oleh pemerintah untuk melakukan penelusuran bakat dan minat peserta didik ini.

Apakah untuk mengimplementasikan kemerdekaan dalam belajar, guru-guru di seluruh Indonesia sudah dibekali untuk memetakan dan memberikan pelayanan terbaik sesuai kondisi peta peserta didiknya?… Konsep merdeka belajar ini menguatkan paradigma kita, bahwa semua peserta didik adalah bintang. Mereka semua cerdas.  Hanya kecerdasannya berbeda, selaras dengan bagian otak mana yang paling menonjol dalam dirinya.

Guru harus bisa menemukan dimana titik bintang terang peserta didiknya.  Apakah terletak pada kecerdasan fisiknya, kecerdasan logika/analitiknya, kecerdasan ide-ide besarnya, kecerdasan emosinya, atau cerdas disemua lini, namun tidak bisa sampai spesialis?

Bekal peta potensi kecerdasan peserta didiknya inilah yang diperlukan oleh Para pendidik untuk mendesain proses layanan pembelajaran disekolah.  Jika tidak memiliki data ini, maka mana mungkin guru bisa memberikan layanan terbaik sesuai minatnya.

Saya curiga, jika ada guru yang menjustifikasi peserta didiknya lemah/kurang cerdas, jangan-jangan bukan peserta didiknya yang begitu, namun gurunya tidak memahami potensi kecerdasan peserta didiknya, dan guru salah mendesain layanan pembelajaran untuk peserta didiknya itu, sehingga peserta didiknya tidak berkembang optimal sesuai bakat dan minatnya.

Maka, di momen Hari Pendidikan ini, sebagai guru dan orang tua, dan siapa saja yang peduli terhadap kualitas pendidikan di negeri ini, mari kita sambut kemerdekaan belajar yang disajikan oleh pemerintah dengan bekal ilmu yang mumpuni, sehingga tujuan yang ingin dicapai, dapat lebih maksimal.

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2023.

*) Penulis adalah Pengawas Managemen Pendidikan Yayasan Adzkia Sumatera Barat

Pos terkait