Ditulis oleh
Ila Nurazizah
Pada tahun pelajaran 2022/2023 beberapa sekolah sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sekolah yang berkategori sekolah penggeraklah yang mulai mengimplementasikan kurikulum merdeka. Dengan diterapkannya kurikulum ini guru harus melaksanakan pembelajaran dengan paradigma baru. Pembelajaran dengan paradigma baru memastikan praktik pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Dengan paradigma baru ini, mindset guru tentang pembelajaran akan berubah.
Dengan diterapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) akan membuat peserta didik lebih terakomodasi semua potensi dan kebutuhan belajarnya. Hal ini tentu saja membuat guru harus dapat menyajikan pembelajaran sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik. Dalam hal ini penulis akan menuliskan pengalaman pribadinya saat mengajar bahasa inggris menggunakan media jam raksasa untuk peserta didik yang tergabung dalam kelompok kinestetik di SMP Terpadu Al-Qudwah kelas VII.
Profil belajar mengacu pada cara-cara seseorang paling baik dalam belajar. Setelah mengetahui profil belajar peserta didik, guru dapat memberikan materi sesuai dengan gaya belajar mereka, baik yang bergaya belajar visual (belajar sambil melihat), auditori (belajar sambil mendengar), maupun kinestetik (belajar sambil melakukan atau mempraktikkan). Dalam hal ini penulis mengajar dengan alat bantu(teaching aid) Jam Raksasa sebesar 4 meter menggunakan bahan spanduk dengan jarum jam pendek terbuat dari triplek tanpa jarum jam panjang. Dengan menggunakan jam raksasa, peserta didik lebih cepat menguasai materi bahasa inggris, “Telling the Time”. Karena sambil belajar mereka sambil bermain. Tentu saja dengan memainkan alat peraga tersebut mereka tidak merasa bosan mengikuti KBM disekolah. Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Dalam kelompok kinestetik, terdiri dari 10 peserta didik disatu kelas. Mereka secara berpasangan saling menanyakan 10 pertanyaan masing-masing terkait kegiatan sehari-harinya dari awal bangun pagi sampai tidur dimalam hari dalam bahasa inggris. Contoh : What time do you get up this morning? What time do you have breakfast this morning? Dan lain-lain. Peserta didik A menanyakan kepada peserta didik B jam berapa kegiatan itu dilakukan. Sedangkan B, ia harus menjawab pukul berapa ia melakukan kegiatan itu dengan mengarahkan jarum jam pendek(jam) ke arah yang seharusnya dan kakinya melangkah menuju ke arah jarum jam panjang(menit) tepat ia berdiri diatas angka menit tersebut. Contoh :
A : What time do you have breakfast?
B : (06.15) menjawab dengan memutarkan jarum jam pendek ke angka 6 dan melangkahkan kakinya diatas angka 3 jarum jam panjang(menit).
Kreatif merupakan salah satu ciri profil pelajar pancasila. nilai atau sikap yang seharusnya sudah dimiliki oleh seorang guru. Karena guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya. Guru kreatif adalah guru yang mampu menggunakan berbagai metode, media, model maupun pendekatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Umumnya guru kreatif selalu peka terhadap kebutuhan peserta didik. Guru kreatif akan selalu mengembangkan desain pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Guru kreatif tidak akan menyampaikan materi pembelajaran saja, tanpa memikirkan materi tersebut bisa terserap atau tidak oleh peserta didik. Suasana pembelajaran yang dilakukan bersama guru yang kreatif akan terasa menyenangkan dan jauh dari unsur membosankan. Sesuai dengan yang dikatakan Mulyana bahwa guru kreatif akan menciptakan susana belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan sehingga tidak membuat peserta didiknya bosan. Di tangan guru-guru kreatif inilah seharusnya peserta didik mendapat pendidikan. Model, gaya, dan karakter guru kreatif inilah yang membedakan dengan guru lainnya. (2010: 134)
Guru harus bisa berubah dari yang biasa menjadi luar biasa, dari yang primitif menjadi kreatif. Untuk menjadi guru yang kreatif guru harus memiliki sifat inovatif, muda bergaul, mampu membaca karakteristik peserta didik, peduli pada peserta didik, cekatan serta banyak akal. Meningkatkan peran guru di kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan pendidikan, terkadang guru telah menggunakan berbagai metode, model dan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang kurang memahami pembelajaran. Pada saat guru diperhadapkan dengan persoalan seperti ini, guru jangan langsung menyerah apalagi menyalahkan siswa. Guru harus menyadari, bahwa tidak semua siwa memiliki daya tangkap yang sama dan yang seharusnya dilakukan adalah mengintropeksi metode dan strategi yang selama ini digunakan, agar tepat dalam menghadapi keragaman siswa dalam pembelajaran. Guru seharusnya menyadari bahwa Siswa adalah individu yang mempunyai eksistensi, jiwa sendiri, dan mempunyai hak untuk tumbuh, berkembang secara optimal sesuai iramanya masing-masing, berkreasi, dan berekspresi sesuai minat dan bakatnya. Siswa itu bukan boneka yang bisa diprogram begitu saja, sehingga bisa bergerak atas kehendak guru. (Triatna, C. & Triatna, C., 2008)
Dari pembahasan diatas, menurut saya pembekajaran berdiferensiasi sangat cocok untuk diterapkan apabila kita ingin peserta didik menjadi kreatif. Karena dengan demikian, peserta didik dapat mengeksplorasi pengetahuannya dalam bentuk berbagai produk atau hasil karya yang dapat mereka ciptakan. Yang paling penting guru bisa memberikan pembelajaran berdasarkan kondisi peserta didik dan kondisi sekolahnya. Seperti sarana dan prasarana, sumber atau lingkungan belajar disekolah berpengaruh terhadap kesuksesan proses belajar mengajar disekolah. Kita tidak dapat memaksa anak yang visual dengan memberikan mereka assesmen berupa audio. Atau kita tidak dapat memaksakan anak yang audio dengan memberikan assesmen harus menggambar mind map. Ini bentuk usaha kita untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada peserta didik kita, apapun yang kita lakukan adalah untuk murid. Berpihak kepada murid.
Dengan hasil karya yang sudah dibuat,yaitu jam raksasa alat peraga dalam materi bahasa inggris kelas VII telling the time, diharapkan peserta didik dapat menceritakan kegiatan sehari-harinya dari bangun pagi sampai tidur kembali dalam bahasa inggris dengan rasa senang dan bisa tersimpan lama diingatan mereka. Terus belajar dan bersemangat untuk berkarya. Jadilah guru yang kreatif sehingga anak tidak merasa terpenjara didalam kelas. Salam bahagia dan sukses untuk para guru diindonesia.
Wassalamua’laikum Wr. Wb