MUSIM kemarau yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir, sangat berdampak bagi masyarakat di Provinsi Banten dan wilayah lainya di Indonesia. Warga mengeluh kekurangan air bersih, untuk kebutuhan sehari-hari seperti; mandi dan masak. Sungai dimana-mana kering, saluran irigasi kering, pesawahan dan ladang rakyat, kering. Sebuah ironi, kekeringan di negeri yang kaya sumber daya alam.
Menurut Sudirman Indra (64 tahun) seorang pegiat sosial, cara yang tepat untuk mengatasi kekurangan air adalah dengan membangun Bank Air. Bank Air adalah sebuah bak penampungan air, dengan cara membuat sumur injeksi agar ketika turun hujan air bisa disimpan di bak penampungan di dalam tanah dengan tekanan air yang sudah terukur.
“Membangun Bank Air dapat melindungi kawasan dari genangan saat curah hujan tinggi dan memperkaya akan cadangan air, serta meningkatkan kualitas air, memperbaiki struktur tanah dan mengatasi pencemaran air di daerah sekitarnya,”kata Sudirman Indra yang akrab disapa Ko Acin di kediamannya di kawasan Solear, Selasa (5/8/2023)
Penduduk negeri ini sudah tahu, bahwa dalam setahun mengalami dua musim. Musim kemarau dan musim hujan. Siklusnya setiap enam bulan sekali. Ironisnya, di kedua musim tersebut, selalu di warnai dengan bencana. Dikala tiba musim hujan, banjir dimana-mana. Tanah longsor, jalan amblas, bahkan harta benda masyarakat pun ikut lenyap terbawa arus deras banjir. Sementara jika datang musim kemarau, dilanda kekerangan.
Tak dapat dibayangkan, jika di negeri ini terjadi siklus empat musim, seperti di belahan negara Eropa. Ada musim panas, musim dingin, musim gugur dan musim semi. Pasti akan lebih repot. Padahal sejatinya, hujan dan kemarau, hanyalah sebuah pergantian musim, sebuah pergantian waktu yang dapat memberi hikmah.
Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar, saat menghadiri acara Seren Taun di Kasepuhan Adat Cisungsang, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (27/8/2023) banyak menerima keluhan warga karena kekurangan air bersih. Perkampungan adat dikawasan Cisungsang, Banten Selatan, dulu tak pernah sulit air. Kampung Cisungsang, berada di bawah kaki Pegunungan Halimun. Udaranya sejuk, airnya jernih mengalir. Tanam padi tumbuh subur di sawah. Begitupun tanaman sayuran tumbuh begitu subur di kebun dan di ladang.
Air sebagai sumber kehidupan di kawasan Banten Kidul itu, sangat cukup. Tapi kini warga meradang, Tanah diatas bebukitan sudah nampak botak, pepohonan besar yang dulu tumbuh sebagai “paku” bumi, kini sudah tumbang akibat ditebang yang dilandasi keserakahan.
Di negeri ini, begitu banyak kampung, desa, kota dan jalan, menggunakan nama diawali dengan kata Ci (bahasa sunda, yang artinya sungai atau kali-red). Ada sebutan jalan dengan nama; Jalan Cimanuk, Jalan Ciduran, Jalan Cikatapis, Jalan Ciliwung, Jalan Cidurian, Jalan Ciberang, Jalan Cibanten, dan jalan lainya. Begitu juga begitu banyak nama Kab/Kota, yang diawali dengan kata Ci, seperti; Cianjur, Ciamis, Cikampek, Cirebon, dan nama kota lainya.
Para leluhur tempo doeloe memberikan penamaan untuk sebuah kampung, desa, kota dan jalan, tentu memiliki makna yang dalam. Kata Ci menunjukan air, menunjukan ketercukupan air, atau mengingatkan genersi penerusnya untuk berlaku bijak dalam mengelola air, sebagai sumber kehidupan.
Departemen Pekerjaan Umum, merilis bahwa kebutuhan air bersih 180liter/hari/orang. Maka jika sebuah keluarga kecil yang beranggotakan 4 orang (ayah, Ibu dan 2 anak), maka kebutuhan air bersih sebanyak 720 liter/hari.
Sudirman Indra (64 tahun) warga Solear, Kabupaten Tangerang, mengatakan, agar tidak kekurangan air di saat musim kemarau, cara terbaik adalah; membangun Bank Air.
Membangun Bank Air, kata big bos Badak Perkasa Grup, sangat sederhana. Caranya, membuat sumur injeksi agar ketika turun hujan, air bisa disimpan di bak penampungan di dalam tanah dengan tekanan air yang sudah terukur. Badak Perkasa Grup sebagai pengembang perumahan di Tigaraksa Village, Batara Village di Solear, Cikasungka dan Cikoya, di saat musim kemarau seperti sekarang ini tidak kekurangan air, karena perusahaan ini membangun Bank Air.
Bank Air untuk kali pertama di bangun di Perumahan Batara Village di Desa Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, sebanyak 300 unit. Di kawasan perumahan yang berlokasi di jalan Raya Maja-Adiyasa ini, warganya tidak kekurangan air manakala musim kemarau.
Ko Acin, menyatakan, bahwa air hujan yang turun dari langit adalah merupakan sumber kehidupan. Warga yang beragam Islam, pasti sudah tahu dan paham dengan firman Allah dalam Al Qur’an, bahwa; Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih. Agar (dengan air itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus), dan Kami memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. Dan sungguh, Kami telah mempergilirkan (hujan) itu di antara mereka agar mereka mengambil pelajaran; tetapi kebanyakan manusia tidak mau (bersyukur), bahkan mereka mengingkari (nikmat).” (QS. Al Furqan : 48-50)
Masalah kekeringan yang terjadi pada musim kemarau seperti sekarang ini, karena tidak ada lagi cadangan air dalam tanah. Begitupun dengan banjir, longsor, dan bencana lainnya akibat tingginya curah hujan, bukan kesalahan dari air hujan yang turun, tetapi kesalahan manusia yang senang membuat kerusakan di bumi.
Membangun Bank Air, bisa dilakukan oleh semua orang. Caranya sederhana dan biayanya relatif bisa terjangkau. Tahapannya, buat bangunan atau bak tempat penyimpanan air sementara di bawah rumah dengan menggunakan pasangan batu bata dan konstruksi beton. Jika menyimpan dalam jangka waktu lama, maka di buat sumur atau injeksi resapan menggunakan pipa diameter 4 inch kedalam tanah dengan kedalaman sekitar 20 meter. Ketika turun hujan, air bisa disimpan di bak penampungan di dalam tanah dengan tekanan air yang sudah terukur.
Ko Acin yang juga dikenal sebagai pegiat pendidikan dan sosial di Kabupaten Tangerang khususnya, sudah sejak lama “teriak” perlunya kesadaran semua pihak untuk membangun Bank air. Namun, belum mendapat respon yang baik dari pemerintah daerah maupun pusat.
Bupati Tangerang, A. Zaki Iskandar, sempat meresmikan pembangunan Bank Air di Perumahan Batara tersebut pada tanggal 10 Mei 2017. Hadir juga para pejabat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pembangunan Bank Air di Perumahan Batara Village, merupakan contoh yang ada di Kabupaten Tangerang. Bank air selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, juga bisa meredam banjir karena air tidak langsung turun ke jalan akan tetapi masuk ke penampungan atau Bank air untuk di filterisasi.
Untuk mengatas kekurangan air dan banjir di Jakarta, Ko Acin, tengah mengembangkan konsep pembangunan TOL AIR. Pembangunan Tol Air juga sederhana. Pipa dengan diameter 10 meter di pasang (ditanam) di bawah sungai disepanjang alur sungai dari Katulampa Bogor hingga laut Jakarta sejauh 50 KM. Dalam pembangunan Tol Air tidak perlu membebaskan lahan, karena pipa di tanam di dalam tanah.
Di saat hujan deras dan berdampak banjir, maka secara otomatis katup di pipa Tol Air di hulu akan terbuka dan air masuk kedalam pipa. Air banjir melalui pipa Tol Air ini bergerak lebih cepat dibandingkan dengan aliran diatas permukaan tanah. Dengan demikian, aliran air banjir diatas permukaan tanah dapat diminimalisir. Dan ketika hujan sudah reda, katup Tol Air secara otomatis akan tertutup lagi, baik yang di hulu maupun di laut Jakarta. Pada posisi Tol Air ditutup, didalam pipa air tersimpan sebanyak 4 juta meter kubik yang bisa dimanfaatkan kebutuhan bahan baku PDAM DKI Jakarta dan kebutuhan lainya.—(dimas)