BANTENGATE.ID, LEBAK:– Gugus Mitigasi Bencana Lebak Selatan mengikuti Webinar dengan narasumber Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, hari Minggu (7/2/2021) lalu.
Dalam webinar tersebut, Eko Yulianto membuka arsip lama berupa tsunami purba yang pernah terjadi di Lebak Selatan. Bahwa para peneliti menemukan plankton di lapisan sampel endapan pasir saat melakukan pengeboran di daerah Binuangeun, Lebak. Dan hal itu menjadi indikasi bahwa mekanisme proses yang membawa plankton tersebut ke darat adalah diduga karena tsunami.
Ketua Gugus Mitigasi Bencana Lebak Selatan, Anis Faisal Reza, mengatakan bahwa setelah mendengar pemaparan tersebut, akhirnya teka-teki kenapa ditemukan kerang setiap kali ia melakukan pengeboran pompa air pun terjawab. Padahal rumahnya berjarak 1 kilometer dari tepi pantai dan berada di ketinggian 60 meter di atas permukaan laut.
“Sekarang saya jadi paham, pantas saja setiap saya melakukan pengeboran pompa air, banyak cangkang kerang. Padahal rumah saya cukup jauh dari tepi laut,” ungkap Anis.
Disampaikan Anis, hasil riset modern yang dilakukan LIPI itu bisa juga menjawab keresahan dan isu simpang siur di masyarakat mengenai potensi tsunami besar di Selatan Banten. Kajian ilmiah dilakukan dalam rangka menanggapi isu yang berkembang.
Baca juga: Relawan Kemanusiaan Banten Selatan Terbentuk, Antisipasi “Bayah di Kumbah”
Didasari oleh hal itulah, maka Gugus Mitigasi Bencana Lebak Selatan mulai menyusun rencana aksi guna mengedukasi masyarakat mengenai upaya-upaya mitigasi secara mandiri yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi kebencanaan.
“Wilayah Lebak Selatan kan merupakan daerah yang rawan gempa dan tsunami, maka langkah edukasi masyarakat dan dimulainya upaya-upaya mitigasi secara mandiri perlu dilakukan,” jelas pria yang akrab disapa Abah Lala itu.
Anis mengungkapkan, edukasi wajib diperkenalkan kepada masyarakat agar dapat meminimalisasi jatuhnya korban jiwa. Salah satunya ialah membangun komunikasi di lingkungan intern keluarga sendiri.
“Ya, kami sudah susun rencana aksi berdasarkan hasil riset peneliti ITB kemarin terkait tsunami. Mulai dari pembuatan peta topografi Lebak Selatan, plang petunjuk jalur evakuasi dan titik kumpul sampai dengan posko kesiapsiagaan. Ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar kita tetap waspada untuk menghadapi segala kemungkinan,” tambahnya.
Menurut Anis, selama ini tingkat kesadaran warga Selatan Lebak dinilai masih rendah terhadap mitigasi bencana alam itu.
Baca juga: Jejak Masa Keemasan Antam Cikotok Lebak Selatan
“Selama ini kesadaran masyarakat masih kurang, jadi dengan adanya sosialisasi ini kami harap dapat mendorong masyarakat agar memiliki pengetahuan mitigasi bencana alam,” katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga bekerja sama dengan berbagai Institusi Pemerintah seperti BPBD, BNPB, BMKG, maupun pihak swasta agar dapat membantu dalam penanganan kebencanaan di daerah.
Gugus Mitigasi Selatan Lebak juga turut membantu memberikan informasi kepada pihak BPBD dan BNPB ketika terjadinya kerusakan saat bencana di daerah selatan Lebak agar dapat segera ditangani.
“Untuk mewujudkan rencana aksi ini kami butuh kerja sama dari semua pihak, baik itu Pemerintah, pihak swasta maupun organisasi kemanusiaan. Karena ini menyangkut keselamatan bersama, kita semua harus saling dukung,” pungkas Anis.– (vina/dimas)