Membangun Perubahan dari Hati: Kisah Pengajar Praktik di Program Guru Penggerak

Bacaan Lainnya

Oleh  Riza Meri Yanti

SAYA merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Awalnya, saya mengikuti PGP sebagai peserta di angkatan 6, yang merupakan angkatan pertama di Kota Depok. Sejak awal, saya merasa tertarik dan tergerak untuk terlibat dalam program ini karena visi dan misi yang kuat yaitu menguatkan kompetensi guru, membawa perubahan bagi sekolah, dan memastikan pembelajaran selalu berpusat pada kebutuhan murid.

Proses seleksi sebagai Guru Penggerak menurut saya tidak mudah. Saya harus melalui tahapan menulis esai, seleksi administrasi, praktik mengajar, dan wawancara, sebelum akhirnya mengikuti pendidikan selama kurang lebih enam bulan. Program ini menanamkan bahwa seorang Guru Penggerak harus mampu membuat perubahan tanpa menunggu arahan atau pengawasan. Perubahan tersebut harus berangkat dari dalam diri dan mampu memengaruhi lingkungan dimanapun kita berada.

Pengalaman saya sebagai Guru Penggerak di angkatan 6 menjadi dorongan kuat untuk kembali berkontribusi, kali ini sebagai pengajar praktik di angkatan 10. Dengan izin Allah, saya akhirnya lolos seleksi dan mendapat tugas mendampingi enam calon Guru Penggerak (CGP) yang luar biasa.

Mengenal 6 Calon Guru Penggerak Hebat

Setiap guru yang saya dampingi memiliki potensi yang luar biasa. Beruntung saya dipertemukan dengan mereka. Pendampingan yang saya lakukan sebagai bagian dari tugas, pada dasarnya adalah kesempatan emas bagi saya untuk belajar banyak dari pengalaman yang mereka miliki. Adalah enam guru hebat yang hampir 8 bulan lamanya saya bersamai. Saya berkesempatan bertemu dengan Bapak Adi Suhandi dari SMPN 21 Depok, Ibu Diana Sari dari SDIT Darojatul Ulum, Ibu Diah Ekawati dari SD Islam Dian Didaktika, Ibu Firza Ardiyanti Noer dari SMPIT Miftahul Ulum, Bapak Giwanto dari SMAN 1 Depok, dan Ibu Nur Halimah dari SMP Ar-rahman Islamic School. Awal bersama, layaknya sebuah hubungan pertemanan biasa, tentu ada masa adaptasi, malu dan seterusnya. Namun guru-guru hebat ini mampu melewati proses itu dengan keragaman dan perbedaan yang ada. Mereka terlihat mampu saling mengisi, berkolaborasi dan saling membantu dengan segala kesibukan dan kepadatan aktivitas dalam menyelesaikan aktivitas dan tugas-tugas di LMS. Setiap diri mulai mengerti kelebihan rekannya, setiap diri memahami kekurangan lainnya. Tentu tak mudah memahami dan mau mengurangi segala kepentingan diri. Tapi saya melihat guru-guru hebat ini mampu melaluinya.

Beberapa dari guru hebat ini sejak awal sudah memiliki keterampilan dalam mengelola kelas, ada yang kreatif dalam merancang pembelajaran, dan beberapa lainnya memiliki kemampuan komunikasi yang kuat dengan murid dan orang tua, namun ada juga yang merasa kurang percaya diri dengan pengalaman yang dimiliki, ada yang memiliki kekhawatiran dalam menjalani semua proses yang cukup panjang ini.  Tentu saja ada juga tantangan yang mereka hadapi, seperti mengatur waktu atau menghadapi resistensi terhadap perubahan di sekolah. Namun, saya melihat betapa besar komitmen mereka untuk terus belajar dan berkembang.

Saya hadir melalui pendampingan untuk memberikan motivasi, semangat dan penguatan bahwa setiap diri adalah berharga dan mampu melakukannya. Yang perlu kita lakukan adalah belajar, belajar, dan terus belajar.  Melalui proses pendampingan ini, saya menyadari bahwa menjadi pengajar praktik bukan hanya soal memberikan bimbingan, tetapi juga soal belajar dari orang lain. Setiap interaksi dengan guru-guru hebat di kelompok saya dan sekolah mereka, memberikan saya wawasan baru tentang pendidikan dan kolaborasi.

Suka Duka dalam Proses Pendampingan

Ada banyak momen berharga dalam perjalanan ini. Momen suka datang saat melihat CGP berhasil menerapkan perubahan di kelas mereka, baik dalam pembelajaran yang lebih kreatif atau dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan murid. Selain itu, pengalaman berkolaborasi dengan pihak sekolah dan komunitas pendidikan juga menjadi pengalaman yang memperkaya. Namun, tantangan juga tidak sedikit. Adaptasi dan pendekatan yang fleksibel dan dinamis tentu harus saya lakukan untuk menyesuaikan dengan setiap karakter diri, tentu saja membutuhkan kesabaran dan keterampilan komunikasi. Saya harus dapat membantu mengatasi hambatan personal dan profesional, seperti manajemen waktu atau menghadapi perubahan kebijakan sekolah. Setiap tantangan justru memperkuat komitmen saya untuk terus mendampingi mereka hingga selesai.

Belajar dan Bertumbuh Bersama

Sebagai pengajar praktik, saya tidak hanya memberikan pendampingan, tetapi juga belajar banyak dari para guru hebat yang saya dampingi. Setiap guru yang saya dampingi mengajarkan saya tentang makna kesabaran, ketulusan, dan kerja keras. Saya juga semakin menyadari bahwa perubahan pendidikan tidak bisa datang hanya dari satu individu, tetapi melalui kerja sama dan kolaborasi yang berkesinambungan.

Pengalaman ini memperkuat keyakinan saya bahwa perubahan sejati harus dimulai dari hati. Ketika kita tergerak untuk berubah, kita akan mampu menggerakkan orang lain, dan perubahan positif akan menyebar dengan sendirinya.

Saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan ini. Menjadi pengajar praktik di PGP adalah sebuah kesempatan langka yang memberikan saya pengalaman berharga dan wawasan baru. Saya berharap, guru-guru hebat yang saya dampingi dapat menjadi agen perubahan yang berdampak besar bagi sekolah dan murid-murid mereka. Bukan tentang sebutan mereka sebagai guru penggerak, atau apresiasi yang akan mereka dapatkan kelak setelah lulus pendidikan, tapi tentang bagaimana mereka selalu menjaga semangat, komitmen, dan konsistensi mereka untuk terus mendedikasikan diri untuk pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan murid, kebahagiaan murid, dan demi kenyamanan murid.

Untuk rekan-rekan guru hebat yang berkesempatan saya dampingi, saya ingin menyampaikan pesan, mari bergerak dan berani berubah. Setiap langkah kecil yang kita ambil akan menjadi awal dari perubahan besar bagi pendidikan Indonesia. Teruslah berani melakukan perubahan, meski tidak ada lagi monitoring. Teruslah bersinergi meski tak ada ruang kolaborasi yang harus diikuti. Teruslah berpikir,  diferensiasi apalagi yang akan saya lakukan meski tak ada lagi pendampingan. Bapak Ibu, teruslah melakukan eksplorasi dan berefleksi akan apa yang sudah kita lakukan. Semoga semua ilmu yang Bapak Ibu dapatkan menjadi bekal dan amunisi Bapak Ibu dalam menciptakan pembelajaran yang mengedepankan kebutuhan murid, seperti filosofi dari Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara.  Selamat dan sukses untuk Bapak Ibu semua, salam Guru Penggerak, selalu tergerak, bergerak dan menggerakkan!—-(**** )

*) Penulis mengajar di  SMA Islam Dian Didaktika, Depok

Pos terkait