Putri Permatasari, Mahasiswa Kelahiran Rangkasbitung Lulus Dengan Predikat Cum laude Study Profesi Apoteker di Kampus UBK Bandung

Apt. Putri Permata Sari, S.Farm

BANDUNG, BANTENGATE. ID–Putri Permata Sari, mahasiswa Kelahiran Rangkasbitung, Banten, berhasil lulus dan meraih predikat Cum Laude (Dengan Pujian)  study Profesi Apoteker di Universitas Bhakti Kencana (UBK), Bandung, yang disampaikan dalam  acara Yudisium UBK,  Rabu siang (6/10/2021).

Bacaan Lainnya

Mahasiswa kelahiran 1998 itu, berhasil lulus dengan predikat Cum Laude setelah berjibaku menjawab soal pada Uji Kompetensi Apoteker Indonesia  yang diselenggarakan Panitia Nasional Uji Kompetensi Apoteker Indonesia tanggal 24-25 Oktober 2021 yang lalu.

Peserta  uji kompetensi (UKAI) angkatan ke-X/2021 sebanyak 3.159 orang mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia. Sedangkan peserta dari Universitas Bhakti Kencana, Bandung,  sebanyak 160 orang.

“Alhamdulillah saya berhasil lulus dalam uji kompetensi UKAI setelah bersaing dengan  tiga ribu lima ratus lebih para mahasiswa jurusan Farmasi dari universitas di seluruh Indonesia. Saya dinyatakan lulus  dengan predikat  Cum Laude (Dengan Pujian),” kata Putri usai acara Yudisium yang dilaksanakan melalui Virtual di UBK.

Anak ketiga dari pasangan H. Edy Murpik dan Hj. Euis Suhartini, ini  mengatakan, bahwa materi uji kompetensi cukup berat. Pihak penyelenggaranya (IAI)  belum pernah ketemu atau memberikan materi pada saat study. Uji kompetensi atau UKAI  bagi mahasiswa study Profesi Apoteker masih dipandang dan dianggap “menyeramkan”, seperti mau menembus sebuah dinding tembok tebal.

“Kita sudah kuliah lima tahun  dan sudah menyandang gelar Sarjana Farmasi (S.Farm), ditentukan dalam hitungan jam  saja  untuk menyandang gelar Apoteker (Apt) dengan menjawab  materi sebanyak  200 soal. Kelulusan seorang mahasiswa yang akan menyandang Profesi Apoteker ditentukan oleh pihak luar, bukan kampus dimana kita menuntut ilmu.

Menurut Putri, soal yang disajikan Tim Penguji Apoteker Indonesia Tingkat Nasional, cukup berat dan ternyata lebih fokus kepada aplikasi dilapangan, sementara umumnya para mahasiswa lebih banyak pada penguasaan teori.

Persoalan lain adalah dengan situasi pandemi covid-19, yang tidak memungkinkan untuk belajar tatap muka bersama dosen dan pembimbing. Pembelajaran dilakukan melalui “Daring” selama hampir dua tahun, sehingga menuntut kita untuk piawai mengatur strategi belajar.

“Saya masih terngiang ucapan seorang senior di UBK;bahwa mahasiswa yang study Apoteker (Apt) harus menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan tidak hanya disiplin ilmu kefarmasian semata.  Apt itu akronim dari “Apapun Harus Tahu”, “tutur Putri sambil tersenyum.

Menurut Putri, yang akrab di sapa PP dilingkungan kampus UBK, seorang Apoteker harus  menguasai; ilmu farmasi, ilmu komunikasi, ilmu manajemen bisnis dan pemasaran, menguasai  ilmu  kesehatan dan Undang-Undang Kesehatan  serta disiplin ilmu lainya.  Cukup berat.

“Seminggu menjelang ujian UKAI,  saya sempat down dan sakit sampai ujungnya sehari di rawat di sebuah Rumah Sakit di Jalan Soekarno-Hatta. Terdampak “deadline” waktu dan  tugas-tugas. Heboh dan ramai juga dilingkungan kampus, saya sakit dan mereka berdatangan ke tempat saya di rawat. Saat ujian UKAI tangan saya sedikit masih di perban menutup bekas infusan.

Namun ayah dan ibu, kakak serta keluarga besar di Banten dan Bandung selalu memberikan dorongan semangat dan keyakinan yang tinggi. Dorongan semangat juga datang dari seseorang dan keluarganya yang begitu dekat di hati, namun jauh di ujung sana, di German, karena sedang tugas study juga.

“Mereka semuanya mengatakan; bahwa saya pasti bisa  jawab dan selesaikan semua urusan serta menjadi yang terbaik, karena sudah bekerja dengan keras (hard skill). Alhamdulillah doa dan ikhtiar itu, dikabulkan. Terimakasih  atas doa  dari semua orang yang saya sayangi,” kata gadis berbintang Scropio ini.

Sejak menempuh pendidikan di Universitas Bhakti Kencana (UBK) jurusan farmasi membentuk kelompok belajar bersama  9 orang sahabat (5 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Kami belajar dan diskusi bareng untuk membedah tugas-tugas.  Dari empat laki-laki, dua orang meneruskan ke jenjang pendidikan di universitas lain. Sedangkan 4 orang perempuan melanjutkan study profesi Apoteker di UBK.

“Saat melanjutkan study profesi Apoteker, saya bersama empat sahabat yaitu; Sri Oktaviani (Bengkulu), Bena Monita (Pandeglang), Sela Puspita (Bandung), Selvi Tamiati (Banjar) dan Wanda Rizky (Bandung), menggabungkan diri dalam sebuah kelompok kecil. Kami belajar bersama, kadang sampai larut malam,”akunya.

Sebelum pandemi covid dan dinyatakan PPKM, kami berlima selalu belajar bareng pada waktu tertentu secara offline. Kami kupas tuntas dan bahas soal-soal yang ada di buku secara bersama-sama. Jadi kami saling melengkapi.

Namun saya pun bersedih, dari lima anggota kelompok belajar ada seorang yang tertinggal bersama 48 orang lainya. Ke-49 sahabat saya, harus mengulang pada uji kompetensi di tahun 2022 mendatang, untuk tetap sabar, terus belajar dan tawaqal.  Saya  berdoa dengan tulus untuk terus semangat. Saya yakin pada saatnya akan lulus juga.

Sebagai bentuk rasa syukur, kami anggota kelompok kecil usai acara yudisium turun kejalan membagikan makanan, minuman dan bahan lainya kepada warga yang dipandang kurang mampu sebagai bentuk syukur atas keberhasilan yang diraih.–(vina)

Pos terkait