BANTENGATE.ID, LEBAK:– Agus Triana, pria kelahiran 20 Juni 1969, adalah Ketua Kader Jamilah (Jemput Antar Ibu Hamil Bermasalah) di wilayah Kecamatan Bojongmanik, Kabupaten Lebak, Banten.
Agus menjadi Kader Jamilah sejak 8 tahun lalu. Dia menjadi kader militan dan tanpa pamrih. Ia bekerja dan berjuang bersama tim nya demi kesehatan masyarakat di desanya. Pria yang biasa dipanggil Kang Odon ini memang aktif sebagai kader kesehatan.
Agaknya, karena kesungguhan dalam bekerja, Agus Triana, sejak 3 tahun lalu dipercaya menjadi Ketua Jamilah (Jemput Antar Ibu Hamil Bermasalah). Agus bersama rekanya terus bergerak dan mengajak kaum ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan terdekat, guna menekan terjadinya kematian ibu dan bayi saat persalinan.
“Tugas menjadi kader kesehatan cukup berat tantangannya, dan sering berhadapan dengan kebiasaan atau adat yang udah turun temurun dipertahankan. Belum lagi dihadapkan kepada tantangan medan, karena belum seluruh pedesaan bisa dilalui kendaraan roda empat,” kata Agus Triana yang akrab di sapa Kang Odon, di Posko Jamilah, Bojongmanik, Kamis (24/12).
Menurut Kang Odon, tujuan dibentuknya program Jamilah adalah untuk membantu petugas kesehatan, terutama dalam pendataan dan penanganan ibu hamil (BUMIL), agar terdeteksi secara dini. Siapa nama Bumil, menetap di kampung apa dan kapan waktu melahirkan.
“Dengan data tersebut, BUMIL dapat dipantau dan diarahkan oleh Tim Jamilah. BUMIL dipandu untuk rajin memeriksa kehamilannya dan tentu dengan saran asupan gizi yang cukup. Adanya data tersebut, maka saat waktunya melahirkan Tim segera bergerak dan bertindak untuk memberikan penangan dan pertolongan persalinan”, kata Agus.
Suatu hari sekitar bulan November 2020, pernah viral di medsos ada ibu yang mau melahirkan di gotong dengan kain dan galah oleh warga menyusuri jalan bebatuan. Berita tersebut ramai dengan berbagai tanggapan.
“Lha itu Tim saya, Tim Jamilah yang sedang bertugas menggotong BUMIL untuk memberikan pertolongan karena menuju kampung tersebut belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Kendaraan ambulance sudah disiapkan dan menunggu di jalan yang bisa dilalui roda empat untuk membawanya ke Puskesmas”, ujarnya sambil tertawa.
Menurut Agus, awal mulamenjadi kader kesehatan adalah didasari oleh kepedulian pada masyarakat yang membutuhkan bantuan terkait urusan administrasi kesehatan yang dinilai rumit oleh sebagian orang.
Bak gayung bersambut kata berjawab, tanggal 1 Agustus 2017, Puskesmas Bojongmanik menggagas Program Jamilah, sebuah program untuk menanggulangi penanganan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Agu dipercaya menjadi Ketua Program tersebut hingga saat ini.
Dijelaskan Agus, untuk menjadi kader Jamilah, harus mengikuti pelatihan yang diadakan Puskesmas ataupun pelatihan yang diadakan di luar kota, sehingga seorang kader memahami dan bisa melakukan pertolongan pertama bidang kesehatan.
Banyak sudah suka duka yang dialaminya sebagai kader Jamilah. Tapi baginya, dalam pengabdiannya ke masyarakat, dia nilai tidak ada dukanya. Melainkan pelayanan kepada ibu, bayi, balita maupun masyarakat yang membutuhkan justru ia anggap pekerjaan yang menyenangkan.
Odon mengakui, tak mudah memang mengajak para ibu hamil untuk bisa melahirkan di Puskesmas. Butuh kesabaran ekstra untuk meyakinkan kaum ibu di desanya betapa pentingnya untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai. Sebagian besar warga didaerahnya saat melahirkan melalui jasa dukun paraji ketimbang dokter atau bidan.
Baca juga Program “Jamilah”: Inovasi Puskesmas Bojongmanik Raih Penghargaan IGA 2020
Namun berkat kegigihan Tim Jamilah yang bergerak bersama aparatur di wilayah Kecamatan Bojongmanik, memberikan penyadaran terhadap masyarakat akan pentingnya kesehatan, sekarang masyarakat datang berduyun-duyu ke Posyandu atau Puskesmas untuk memeriksakan kesehatan, tanpa harus diminta lagi.
“Alhamdulillah, semuanya kompak. Pihak Puskesmas pun memberikan dukungan penuh pada kami para kader Jamilah. Seperti Kepala Puskesmas Bojongmanik, Pak H. Halwani dan juga Pak Sukirno, mereka orang yang luar biasa berjasa,” ungkap pria yang terkenal dengan sebutan Odon nasional ini.
Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil, kader Jamilah yang tadinya hanya 17 orang, sekarang sudah mencapai 65 orang. Berkat kegigihan para kader Jamilah yang dimotori Kang Odon ini, “zero” AKI dan AKB di Kecamatan Bojongmanik dapat terwujud.
Hal inipun mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Dari mulai Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, hingga Tim Jalin USAID (United States Agency for International Development). Serta menjadi salah satu inovasi yang berhasil mengantarkan Kabupaten Lebak meraih penghargaan Innovation Government Award (IGA) 2020 dari Pusat Litbang Inovasi Daerah, Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.
“Sekalipun Program JAMILAH sudah menerima penghargaan dari pemerintah pusat, bukan berarti itu puncak dari segalanya. Dia bersama Tim JAMILAH akan terus mengabdikan dirinya sampai akhir hayatnya, karena itu merupakan komitmen yang harus dijaga.
“Istri dan anak-anak saya tidak pernah mempermasalahkan meski saya lebih sering bepergian, menolong masyarakat. Mereka malah terus mendukung, karena tujuannya adalah ibadah membantu banyak orang,” kata Agus.– (vina/dimas)
disclaimer : — foto diambil saat sebelum terjadi pandemi Covid 19