Keceriaan “Andes” Jayasari dan Berkah TMMD ke-110/2021 di Kab. Lebak

Keceriaan “Andes” Jayasari dan Berkah TMMD ke-110/2021 di Kab. Lebak

Oleh H. Edy Murpik,
Wartawan Bantengate.id

SIANG itu langit di atas Desa Jayasari, begitu cerah, namun terasa sejuk. Nun jauh di sana, sekelompok  anak-anak desa (Andes) berlarian menyusuri badan jalan yang baru selesai dibuldozer. Mereka nampak ceria. Sesekali berlari dan sesekali saling dorong. Tawa riang pun terdengar. Mereka nampak senang.

Bacaan Lainnya

Kami senang  kuari aya jalan  gede. Sugan geura diaspal. Ka lembur kami bakal loba mobil nu liwat. Bareto mah kami tilok kadieu, boro raah, sieun nu aya. Leuweung geledegan (Kami senang sekarang ada jalan besar, semoga segera diaspal. Dulu tidak berani lewat sini, hutan lebat dan menakutkan),” kata Udin (10) warga Kampung Leuwi Buled, Desa Jayasari dengan sedikit malu-malu.

Bagi anak-anak desa seusia Udin, bermain di sekitar pinggiran hutan sambil membawa ketapel atau bermain di pematang sawah sambil ngurek (mancing belut) merupakan hal yang biasa dilakukan dalam keseharianya. Bahkan itulah, sebuah hiburan buat anak-anak desa. Mereka lakukan di kala sore hari, usai sekolah.

Maka ketika ada pembangunan jalan yang tengah dilaksanakan prajurit TNI bersama rakyat melalui program kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-110/2021 di Desa Jayasari, deru  suara mesin buldozer yang menggusur tanah untuk badan jalan menjadi tontonan menarik, menjadi hiburan bagi anak-anak.

TMMD ke-110/2021  di Kabupaten Lebak dilaksanakan di desa; Jayasari dan Gununganten, Kecamatan Cimarga. Di kedua desa ini, para prajurit TNI bersama masyarakat membangun badan jalan sepanjang 6 KM dan lebar 8 M dari Cilalay, Desa Gununganten – Kampung Leuwi buled, Desa Jayasari.

Sejak dilaksanakan kegiatan TMMD ke-110 di dua desa tersebut, sejak 2 Maret 2021 lalu saya sudah tiga kali mengunjungi lokasi ini. Pada kunjungan kedua, pekan lalu, saya berkesempatan  bersama dengan Dandim 0603/Lebak, Letkol. Inf. Nur Wahyudi.

Menurut Dandim 0603/Lebak, Letkol. Inf. Nur Wahyudi, bahwa kegiatan TMMD ke-110 di Kabupaten Lebak difokuskan untuk membangun badan jalan sampai dengan pengerasan yang menghubungkan dua desa tersebut. Selain itu, dilaksanakan juga rehabilitasi Majelis Taklim Al-Barokah, pembangunan Posyandu dan Poskamling serta rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di Kampung Leuwi Buled.

Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah non fisik, berupa penyuluhan dengan materi; wawasan kebangsaan, kesehatan, pendidikan, pertanian, peternakan dan keluaga berencana. Kegiatan non fisik ini bekerjasama dengan OPD Pemkab Lebak dan Perguruan Tinggi IAIB Serang.

“Melalui kegiatan TMMD, dapat membuka keterisoliran dan menghubungkan jalur jalan antar desa yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan perekonomian masyarakat. Selain itu, terdapat kegiatan non fisik berupa penyuluhan wawasan kebangsaan, pendidikan, kesehatan, pertanian, keagamaan dan sosialisasi lainnya,” kata Dandim Lebak, Nur Wahyudi.

TMMD adalah salah satu wujud Operasi Bhakti TNI, yang merupakan program terpadu lintas sektoral antara TNI dengan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Daerah serta komponen lainnya, yang dilaksanakan secara terintegrasi bersama masyarakat, guna membuka keterisoliran daerah dan meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat.

TMMD ke-110/2021 di Lebak pada khususnya, juga membangkitkan semangat gotong royong yang kini mulai memudar. Dari kegiatan TMMD, selain pembangunan fisik dan non fisik, untuk berbagi ilmu.

Adalah, Sertu Jaja, anggota Koramil 0311/Cileles, misalnya, yang bersedia berbagi ilmu kreasi membuat bonsai kelapa. Melalui tangan kreatifnya, buah kelapa yang biasanya tumbuh alami, dibentuk berbagai macam karakter dan unik sehingga banyak diminati sebagai tanaman penghias halaman rumah.

Baca Juga: Manfaatkan Waktu Luang, Satgas TMMD Bonsai Kelapa

Sertu Jaja mengatakan, bahwa ide membuat bonsai kelapa tersebut berawal dari iseng-iseng melihat bibit kelapa yang baru tumbuh (tunas/cukul) di rumah warga desa binaannya. Dengan kreasi dari bonsai kelapa tersebut, diharapkan bisa menjadi motivasi untuk masyarakat sekitar bahwa tanaman kelapa yang biasanya tumbuh di pekarangan itu bisa diubah menjadi ladang bisnis yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.

Dari kunjungan ke lokasi, saya dapat “memotret” beberapa potensi desa dan juga persoalan yang perlu urun rembug semua pihak di Desa Jayasari. Pembangunan badan jalan sepanjang 6KM dan lebar 8 M, dari Cilalay – Leuwi Buled, akan lebih berdampak pada pengembangan perekonomian masyarakat bila dilanjutkan sampai dengan Rancagede.

Di lajur jalan yang saat ini dibangun, memang, masih jarang penduduk. Tapi potensi pertanian maupun perkebunan di sepanjang rute ini, sangat potensial. Di Cilalay, misalnya, pernah dikembangkan tanaman jagung.

Dari Kampung Leuwi Buled menuju Rancagede, sudah tersedia jalan dan bisa dilalui kendaraan roda empat, namun harus diperlebar lagi. Jalan yang tersedia hanya bisa dilalui satu mobil kecil, sehingga ketika berpapasan harus ada yang mengalah untuk berhenti sejenak.

Persoalan lain, di sepanjang jalan tersebut rumah penduduk rata-rata hampir merapat dengan jalan. Untuk hal ini diperlukan sosialisasi dan urun rembug bersama masyarakat, agar bangunan rumah bergeser.

Mang Jamhur (65), tokoh masyarakat Kampung Leuwi Buled, mendukung adanya TMMD ke-110/2021 dan diharapkan dapat lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bentuk dukungan tersebut, bekerja sama dengan TNI untuk membedah badan jalan dan kegiatan lainya. Sebagian tanah masyarakat, seperti milik Mang Aswara, Emak Malati, yang terkena pembuatan badan jalan tidak menuntut pembayaran. Masyarakat pun mendukung untuk adanya pelebaran jalan dari kampungnya ke Rancagede.

Begitupun dari arah Cilalay menuju Ciakar hingga ke  Leuwidamar. Jika dari Cilalay – Ciakar – Leuwidamar, sudah dibangun dan bisa dilalui dengan nyaman, maka dimungkinkan para wisatawan yang berkunjung ke Baduy, bisa melalui jalur jalan ini. Jarak tempuh relatif lebih dekat.

Sementara, potensi yang ada di Desa Jayasari, terdiri dari; pertanian padi sawah, padi huma, pisang, kelapa, kunyit, sereh dan jahe. Abah Bewok (45), misalnya, penduduk Leuwi Buled, merupakan tengkulak jahe, sereh dan pisang. Rumahnya yang tidak jauh dari masjid, dijadikan tempat penampungan sementara potensi pertanian yang dibeli dari masyarakat sebelum ia jual ke pasar Rangkasbitung.

Potensi lain, di Desa Jayasari, terdapat beberapa  pengrajin anyaman samak (tikar) dan makanan seperti; Dapros. Makanan dapros dengan bahan dari beras dan aci, ternyata sudah cukup kesohor keluar daerah Jayasari.

Adalah Ibu Akriah (56) pengrajin kerupuk Dapros. Dengan nama “Dapros Gurih ibu Akriah”, ternyata pemasarannya sudah sampai di Tangerang Raya, Jakarta, Bogor, wilayah Serang dan pasar kota Rangkasbitung.

“Dapros produk keluarga saya, paling banyak di pesan warga Tangerang Raya. Dalam satu bulan rata-rata pemesanan dari kota ini  senilai Rp 7,5 juta – Rp 10 juta. Produk kerupuk dapros dijual setelah dikemas dalam plastik dengan isi 35 biji seharga Rp 15 ribu. Alhamdulillah, dari usaha ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi,” kata Ibu Akriah.

Menurut  Ibu Akriah, membuat kerupuk dapros sudah ditekuninya sejak lebih dari 20 tahun yang lalu. Kerupuk dapros masih diproduksi dan dikelola keluarga, namun sering “keteteran” manakala ada order banyak. Selain kurangnya tenaga, juga  modal yang belum memadai.

Untuk modal, Ibu Akriah, sering pinjam ke Bank Keliling, yang datang ke kampung. Sekalipun suku bunga tinggi, terpaksa ia pinjam. Untuk ke perbankan pemerintah, banyak aturan berbelit-belit dan mesti ada jaminan.

“Saya sering dengar ada program UMKM, kredit  usaha mikro, KUR, tapi harese…bari lila rek meunangna, kudu aya jaminan.  Bulak balik ka rangkas, beak ku ongkos. Ka Bank keliling, cukup KTP. Poe ieu ngajukeun, poe ieu aya duit (susah dan lama mengajukan  keditnya, harus ada jaminan. Bolak balik ke Rangkas, habis untuk ongkos. Kalau ke Bank keliling cukup dengan KTP. Hari ini mengajukan, hari ini juga cair uangnya),” kata Ibu Akriah.

Bu Akriah juga mengetahui adanya TMMD di Jayasari. Dan ia berharap ada dampak kemajuan untuk desanya. Selain tekun membuat kerupuk dapros, Ibu Akriah, juga aktif menjadi pengurus Posyandu dan Ketua Paguyuban Posyandu di Desa Jayasari.

“Saya juga kader Posyandu. Di Desa Jayasari ada 6 Posyandu dengan rata-rata setiap bulan jumlah anak balita yang ditimbang 50-56 orang. Di Posyandu kami membutuhkan timbangan duduk untuk anak bayi. Kami para kader dan ibu-ibu tengah bergotong royong iuran  seikhlasnya untuk membeli timbangan tersebut.   Kami sayang anak, siapa tahu di antara sejumlah bayi yang ditimbang diperhatikan asupan gizinya ada yang jadi pejabat dan terasa manfaatya untuk masyarakat,” kata Ibu Akriah.– (***)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *