BANTENGATE.ID, TANGERANG; – Viralnya aksi terorisme di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan duka bersama bangsa Indonesia. Belum lama ini juga adanya dugaan serangan ke Mabes Polri yang dilakukan oknum dengan umur yang masih muda.
Rupanya hal inipun menjadi tak luput menjadi perhatian Anggota DPD RI Provinsi TB M Ali Ridho Azhari. Upaya pencegahan paham radikalisme terus dilakukan, seperti acara sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) yang diikuti oleh puluhan perwakilan santri Tangerang di Troy Cafe, Kelapa Dua, Kabupaten tangerang.
“Anak muda dan di usia produktif memang sangat rentan, kondisi psikologis yang belum stabil menjadi sasaran empuk paham radikalisme. Upaya pembekalan dan kegiatan positif pun harus yang menyenangkan, ini menjadi PR kita bersama”, ujar Ridho.
Dalam acara ini turut pula hadir Ketua Idepreneurs, Prianto Indra, sosok milenial yang dikenal berhasil mengelola berbagai jenis usaha melalui pikiran dan tangan kreatifnya.
“Kegiatan ini harusnya menjadi momentum kita semua generasi milenial untuk memberikan yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara. Saya yakin paham radikalisme bisa dikikis dengan pembekalan keterampilan tepat sasaran, namun tentunya hal ini perlu dilakukan secara massive dan berkesinambungan”, tutur Prianto Indra.
Hal senada disampaikan ketua Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Tradisional Indonesia (Portina) Yahya mengatakan, era milenial saat ini minat terhadap olahraga tradisional meningkat karena unik dan daya tarik manfaatnya yang bisa dirasakan.
Akses penyebaran paham radikalisme di Indonesia salah satunya bersumber dari media sosial (medsos). Pasalnya, target atau sasaran penyebaran paham ini terhadap generasi milenial. Hal itu dikatakan oleh Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto dalam webinar bertajuk ‘Mencegah Radikalisme & Terorisme Untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial’.
“Media sosial diduga telah menjadi akses masuknya radikalisme, khususnya bagi generasi muda, rentang biasanya 17-24 tahun, ini yang menjadi target utama, selebihnya di atas itu second targeted,” kata Wawan.
Analisa dari BIN ini, dikuatkan juga dengan survei terbaru yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyebut bahwa 80 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme. Ia menilai penting bagi seluruh masyarakat untuk menyikapi hal tersebut. –(dimas)