Qatar, Pesona dan Cinta
Oleh, Dian Martiani*
TAK PERNAH tertarik secara khusus terhadap perhelatan Empat Tahunan Piala Dunia. Tapi, perhelatan Piala Dunia ke-22 di Negara Qatar kali ini sedikit mencuri perhatian. Ketertarikan pertama karena Qatar adalah negara Arab pertama yang menjadi tuan rumah dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia (Wikipedia). Qatar merupakan negara berpendapatan perkapita tertinggi di dunia.
Beberapa fakta menarik lain tentang Qatar adalah bahwa negara ini memberikan fasilitas gratis Pendidikan bagi warga negaranya hingga ke Perguruan Tinggi. Sehingganya Qatar memiliki SDM yang cukup untuk bekerja diberbagai sektor dengan gaji yang menggiurkan. Qatar bahkan tidak memiliki pengangguran (bola.okezone.com).
Perhelatan Piala Duni ke-22 di Qatar merupakan perhelatan Piala Dunia terpendek sejak Edisi Argentina 1978 lalu. Direncanakan berlangsung dari tanggal 20 November 2022 hingga tanggal 18 Desember 2022 mendatang, selama 29 hari saja.
Berpenduduk tidak terlalu banyak, membuat Qatar tidak memiliki banyak penginapan, namun pemerintahnya menyiapkan berbagai cara untuk menampung tamu dengan menyulap villa, rumah penduduk di desa-desa, bahkan kapal pesiar yang tetap merapat, demi memenuhi kebutuhan akan penginapan yang tinggi (CNN Indonesia).
Masih dikutip dari laman CNN Indonesia, Stadion Al Bayt, Khor adalah stadion Utama berkapasitas 60 ribu orang yang digunakan saat ceremonial pembukaan Piala Dunia beberapa waktu lalu. Jarak antar stadion di Qatar terbilang dekat. Jarak antara dua stadion terjauh, yakni Stadion Al Bayt yang berada di Utara Doha hanya terpaut 64,36 km dengan Stadion Al Janoub yang terletak di Selatan Ibu Kota. Ditempuh dalam waktu 50 menit, tanpa macet.
Tujuh dari delapan Studio yang disediakan pemerintah Qatar dalam perhelatan ini merupakan Stadion sekali pakai. Stadion dan segala persiapan fasilitas ini sudah disiapkan Qatar sejak tahun 2010, ketika negara ini ditetapkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia. Qatar sepertinya tidak hanya menyiapkan dan menyambut perhelatan ini secara fisik, namun juga menyiapkan berbagai program terbaik lainnya.
Hal menarik berikutnya dari penyelenggaraan ini adalah megahnya acara pembukaan dan pengisi acara special didalamnya. Selain menampilkan artis ternama, berbagai penampilan musik dan tarian, acara ini menampilkan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an yang memukau. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an pertama dalam Acara Pembukaan sekelas Piala Dunia.
Bukan hanya menarik dari pemilihan sisi bacaan dan kandungan ayat yang dipilih saja, yaitu Al Hujurat ayat 13 yang menjelaskan betapa tidak sukanya Allah pada orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan, atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kita di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Ayat ini dijadikan spirit dalam kegiatan ini. Bahwa bukan kesombongan dan membanggakan diri yang dipertontonkan, namun persaudaraan antar sesama manusia yang lebih ditonjolkan.
Sisi lain yang menarik adalah yang membacakan Al Qur’an ini adalah sosok pemuda yang luar biasa bernama Ghanim Al Muftah. Pemuda istimewa ini lahir di Qatar dengan kondisi langka yang dikenal dengan Caudal Regression Syndrome (CRS), tubuh tanpa bagian pinggang ke bawah. Selain seorang Youtuber, Ghanim juga seorang pengusaha. Ia dinobatkan menjadi Duta Besar Kebaikan dan Kemanusiaan oleh Regulatory Authority for Charitable Activities (RACA) Qatar dan Duta Besar Paralympics Athletics World Champions 2015(Insertlive).
Pelayanan warga negara Qatar dalam momen ini juga dinilai luarbiasa. Memperlihatkan keramahan, menepiskan kesan bahwa Muslim itu radikal dan teroris. Banyak dari warga asing bahkan yang non muslim diberi kesempatan untuk memakai abaya dan jubah secara gratis. Para turis ini merasa senang, bahkan diantaranya ada yang memutuskan untuk masuk Islam, meski sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti.
Pemerintah dan warga Qatar juga memanfaatkan kedatangan turis ini untuk memperkenalkan destinasi wisata yang mereka miliki. Kelak, diharapkan turis ini mau melakukan kunjungan berikutnya ke negara mereka. Betapa mereka demikian memanfaatkan event ini dengan penuh cinta.
Mental tuan rumah yang luar biasa. Persiapan maksimal secara fisik dan non fisik. Ingin mendapatkan kesan sebaik-baiknya dari tamu mereka. Sehingga para tamu merasa nyaman, puas, bahkan berkeinginan untuk kembali lagi. Pesona dan Pembelajaran Penuh Cinta yang layak untuk ditiru.–(****)
*Penulis adalah Praktisi Pendidikan Yayasan Adzkia Sumatera Barat