Pesona Ramadan
Oleh, Dian Martiani
TIDAK terasa bulan Ramadan 1444 H sudah berada dipenghujungnya. Saat ini umat muslim sedang menikmati hari-hari terakhir di bulan yang penuh hikmah ini. Tidak sedikit yang melakukan itikaf di masjid-masjid. Sebagian besar menanti-nanti kedatangan dan keberkahan malam lailatul Qodar yang memang waktunya tidak diketahui kapan tibanya.
Ada rasa haru yang menyelinap jauh ke relung qalbu, ketika mendapatkan kenyataan bahwa sebentar lagi kita akan berpisah dengan bulan istimewa ini. Sudah menjadi pengetahuan bagi kita semua bahwa sepuluh hari pertama puasa juga merupakan awal bulan yang penuh rahmat, sepuluh hari pertengahan adalah maghfirah, dan sepuluh hari terakhir adalah pembebasan dari api neraka. Tak heran jika dalam bulan ini, umat muslim berlomba-lomba dalam menunaikan kebaikan.
Rosulullah adalah orang yang paling dermawan diantara umat manusia, namun di bulan ini, baginda lebih dermawan lagi. Di Indonesia, kita juga bisa mendapati berbagai kalangan melakukan kegiatan berbagi. Berbagi takjil, berbagi dengan dhu’afa, dan banyak juga yang berusaha membahagiakan anak yatim dengan memberikan bingkisan pada mereka. Sedikit mengobati kesedihan mereka atas ketiadaan orang tua disampingnya.
Satu hal yang positif dibulan ini adalah tampilan-tampilan postingan maupun tayangan iklan yang dikemas lebih islami. Tak jarang perempuan yang ditampilkan menggunakan hijab sebagai penutup aurat. Bertambah banyak pula tayangan reality show yang menggambarkan bagaimana mereka menolong orang kesusahan dengan berbagai cara.
Memborong dagangan para pedagang kecil, memberikan kejutan hadiah bagi fakir miskin, bahkan memberikan kejutan pada kaum dhu’afa di saat mereka menunaikan ibadah makan sahur di pagi buta. Saya sangat menyukai tontonan ini, tontonan yang membantu kita untuk melembutkan hati, menyayangi yang kekurangan, serta meningkatkan rasa syukur, bahwa kita lebih beruntung dari mereka. Biasanya jika menonton acara semacam ini, saya sibuk menyeka mata.
Bulan ini juga membuat umat Islam begitu bersemangat untuk melakukan ibadah terbaik. Membaca Al Qur’an misalnya, jika pada bulan-bulan biasanya kebanyakan di baca sekedarnya, namun pada bulan ini orang Islam termotivasi untuk membacanya lebih banyak, bahkan meningkatkan kebersamaan dengan menghafal dan mempelajari hukum membacanya. Ibadah sholat, tidak hanya mengerjakan yang wajib, namun juga yang sunnah, seperti tarawih dan sholat tahajud.
Manusia-manusia yang beriman menjadi lebih baik kualitas ruhiyahnya pada bulan Ramadan ini. Semangat yang di miliki menjadi lebih berkobar kembali, layaknya semangat anak muda. Ruhiyahnya menjadi remaja kembali, berkibar-kibar. Menariknya tidak hanya ruhiyah yang terdampak karena ibadah di bulan ini, secara fisik, tubuh juga mengalami peremajaan.
Jika puasa kita benar, sesuai dengan tuntunan dari Rosulullah, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan meremaja kembali. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.” (Hadis diriwayatkan Ath Thabrani dalam Mu’jam al Awsath). Hadits ini meniscayakan bahwa puasa yang benar, insya Allah akan menyehatkan.
Diibaratkan sebagai sebuah pabrik, maka usus kita selama sebelas bulan, terus melakukan proses penggilingan, tanpa henti. Maka, satu bulan, kerja usus ini diistirahatkan di siang hari. Ini menyebabkan usus kembali segar dan remaja kembali. Jadi, sesungguhnya puasa, tidak hanya menyehatkan dan meremajakan kondisi ruhiyah kita, namun juga kondisi fisik kita. Maka tidak berlebihan ketika kita disebut suci/fitri setelah berpuasa sebulan penuh.
Beruntunglah bagi kita yang tahun ini masih Allah beri kesempatan untuk dapat bertemu dengan bulan Ramadan. Upayakan mengisinya dengan ibadah yang maksimal. Karena tidak ada yang menjamin bahwa kita dapat bertemu kembali dengan bulan penuh pesona ini ditahun-tahun mendatang.–(***)
*)Penulis adalah seorang pendidik, tinggal di Kota Padang, Sumatra Barat