Guru, Urat Nadi Pulihnya Pendidikan
Oleh, Dian Martiani
GURU bukan saja muara ilmu. Darinya kita belajar segala sesuatu. Meninggikan adab ketika berinteraksi dengannya, adalah sebaik-baik perilaku (Dian Martiani, 2021).
SETIAP tahun, kita memperingati Hari Guru dengan segala seremonial dan haru biru yang menyertainya. Berbicara tentang tema guru serasa tak ada habisnya. Peran dan fungsi strategisnya, tugas-tugasnya, perjuangannya, bahkan kenangan bersamanya. Betapa sosok guru telah begitu banyak berkontribusi dalam kesuksesan hidup kita.
Besarnya peran seorang guru, telah diapresiasi dalam sebuah hadits Rosulullah yang diriwayatkan oleh At-tirmidzi “Sesungguhnya Allah, para malaikat Nya, penduduk langit dan bumi sampai semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia “. Hadits yang membuat kedudukan para guru menjadi sangat istimewa.
Keistimewaan Guru juga dapat dirasakan dengan adanya hari khusus untuk mereka, yaitu Hari Guru. Tanggal 5 Oktober, diperingati sebagai Hari Guru Internasional. Di Indonesia, Hari Guru diperingati setiap tanggal 25 November. Meskipun tidak ditetapkan sebagai hari libur nasional, pemerintah selalu menginstruksikan untuk memperingati hari Guru ini dengan kegiatan-kegiatan yang positif sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap jasa para guru.
Sejarah penetapan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 25 November 1994, dengan sebuah Keputusan Presiden, yaitu Kepres Nomor 78 tahun 1994 (kabar24.bisnis.com). Tanggal ini merupakan tanggal berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), bertepatan dengan 100 hari pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, 25 November 1945 (suara.com). Semangat para guru yang terhimpun dalam PGRI ini merupakan salah satu bentuk kecintaan dan wadah perjuangan para guru, dalam membela negeri ini.
Pada tahun 2021 ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Makarim, menetapkan tema yang diangkat dalam memperingati Hari Guru Nasional 2021 adalah “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan” (detik.com).
Beberapa kegiatan dianjurkan diadakan dalam peringatan hari guru ini, diantaranya, upacara, mencantumkan tagar #Bergerak dengan Hati #Demi Kemajuan, serta beberapa kegiatan lain yang tercantum dalam Panduan Peringatan Hari Guru yang sisosialisasikan Mas Menteri.
Tema yang dipilih pemerintah Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan merupakan tema yang menarik untuk dikaji. Tentu saja pesan yang disampaikan dalam tema ini, harus diterjemahkan dan diimplementasikan dengan baik oleh insan Pendidikan, terutama Guru. Guru, dengan segala fungsi dan peran yang dimilikinya, memegang kunci strategis dalam “Pemulihan” kondisi Pendidikan di negeri ini. Maka, tidak berlebihan, jika dikatakan guru adalah Urat Nadi dalam perjalanan proses pendidkan di negeri ini.
Pemerintah menyadari bahwa kondisi Pendidikan di negeri ini sedang sakit, akibat dampak dari pandemi Covid-19 yang cukup panjang. Oleh karenanya semua elemen bangsa, harus bahu-membahu berupaya maksimal, agar Pendidikan di negeri ini segera pulih. Apatah lagi seorang guru.
Konsultan Nasional Pendidikan Dalam Situasi Darurat UNICEF-RDI, Yusra Tebe, menilai pandemi covid-19 membuat kualitas pendidikan turun. Siswa kehilangan kesempatan belajar sebagaimana mestinya (mediaindonesia.com). Hak anak tidak terpenuhi secara maksimal. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan standar pembelajaran secara daring tidak bisa disamakan dengan tatap muka di sekolah. Target kurikulum selama pandemi covid-19 juga berbeda dengan kegiatan belajar dalam kondisi normal.
Sejatinya, semaju apapun teknologi di dunia, proses pendidikan tetaplah membutuhkan interaksi langsung antara murid dan guru. Interaksi yang akan membonding kasih sayang diantara keduanya, sehingga tercipta ikatan emosional yang kuat. Keberadaan guru didekat siswanya selain sebagai sistem kontrol, juga sebagai role model atau teladan yang baik bagi peserta didiknya.
Oleh karenanya, ketika pembelajaran dilakukan dengan Jarak Jauh, dimana ada jarak fisik yang cukup signifikan antara Guru dan peserta didiknya, maka akan berdampak pada penurunan kualitas belajar. Bukan hanya penurunan dari sisi pengetahuan dan keterampilan, namun juga penurunan dari sisi perilaku, dan sikap spiritual. Maka, kebutuhan pembelajaran secara langsung atau tatap muka, adalah kebutuhan yang sangat niscaya.
Dampak lain pandemi yang menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan pembelajaran dilaksanakan secara daring juga menyimpan efek tersendiri. Peserta didik terlalu banyak berinteraksi dengan smartphone diatas ambang batas yang direkomendasikan untuk usianya. Apalagi interaksi ini dilakukan tanpa pengawasan orang tua, yang sebagian besarnya harus tetap bekerja.
Hal ini bukan saja berdampak secara fisik, namun juga terhadap moral anak bangsa. Sudah rahasia umum, keterpaparan anak dari konten pornografi dan adegan kekerasan, sudah berada dalam kategori yang mengkhawatirkan. Anak-anak menjadi kecanduan, kurang rasa sosial, dan cenderung temperamen (Ely Risman). Sebagian pihak ada yang mengkategorikan ini sebagai narkolema (narkoba lewat mata) yang sangat mengkhawatirkan.
Saya sepakat dengan pemerintah, bahwa Pendidikan di negeri kita sedang sakit dan harus segera dipulihkan. Saya juga mengapresiasi Pemerintah yang menggagas program Guru Penggerak. Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid.
Kemendikbud memberikan kesempatan kepada para guru-guru terbaik bangsa untuk menghadirkan perubahan nyata bagi pendidikan Indonesia(Kompas.com). Dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan Guru Penggerak, semoga dapat menghasilkan Pelajar dengan karakter terbaik (Pelajar Pancasila) yang memiliki ciri : Beriman, Bertaqwa, dan berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Suka bergotong Royong, Kreatif, bernalar Kritis, dan Mandiri.
Harapan kita, agar program guru penggerak ini dapat menjadi salah satu solusi dalam pemulihan kondisi Pendidikan di Indonesia akan semakin besar, jika semua gerakan ini dilakukan dari hati. Namun, sangat naif, jika kita hanya menumpangkan harapan ini hanya kepada guru saja. Semua pihak yang berkepentingan, orang tua dan masyarakat umum, hendaknya mengambil peran dalam pemulihan ini.
Hal ini sejalan dengan harapan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril yang mengatakan “Bergotong royong dengan semua pemangku kepentingan untuk mencetak SDM unggul adalah kunci transformasi pendidikan untuk mencapai visi Indonesia 2045”. Semoga Allah berikan kemudahan kepada kita semua. Selamat Hari Guru.
*Penulis adalah Kepala Inspektorat Yayasan Adzkia Sumatera Barat.