Kerupuk “Dapros Gurih” Ibu Akriah, Pelaku UMKM Dari Jayasari, Sering Terjerat Rentenir

BANTENGATE.ID, LEBAK:– Kerupuk Dapros, makanan khas sunda yang terbuat dari bahan tepung beras dan aci (tepung sagu/sago flour) ditambah racikan  bumbu rempah-rempah, tempo doeloe bisa dijumpai dihampir setiap rumah. Jika ada kerabat atau tamu yang bertandang, kerupuk dapros merupakan salah satu sajian. Dimakan bersama segelas teh hangat  atau kopi, terasa begitu  maknyuss  dengan cita rasa tersendiri.

Bacaan Lainnya

Dapros merupakan makanan sejenis kerupuk yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terbentuk seperti bunga ros. Hal inilah yang membuat makanan ini dinamai “dapros”, karena bentuknya yang mirip seperti bunga ros (mawar). Agar tampilan lebih menarik diberikan pewarna makanan,  sehingga membuat tampilannya semakin menarik.

Dapros biasanya disuguhkan pada acara hajatan, seperti pernikahan ataupun khitanan. Namun sekarang, dapros juga dijadikan oleh-oleh khas sunda yang bisa konsumsi semua orang.

Dapros dibuat oleh ibu rumah tangga yang memiliki keahlian khusus. Pasalnya, tidak sembarangan orang bisa membuat panganan ini sehingga berbentuk seperti bunga ros. Tidak ada mesin khusus untuk membuatnya, hanya dibutuhkan kelihaian jari-jemari yang terampil untuk membuatnya. Setelah selesai dibentuk, dapros harus dikukus setelah itu dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, dan proses terakhir yaitu di goreng dengan minyak yang panas hingga mengembang.

Tapi sekarang ini, tak banyak orang yang menggeluti pembuatan kerupuk dapros, bahkan sudah langka.

Adalah  Ibu Akriah (56), warga Desa Jayasari, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, yang masih menekuni usaha produksi dapros ini. Ia bersama keluarganya sudah 20 tahun menekuni pembuatan kerupuk  dapros dengan resep warisan dari neneknya.

Sumuhun abdi sakaluargi ngadamel dapros tos langkung ti dua puluh tahun.  Alhamdulillah, bisa ngahirupan keluarga. Bisa nyakolakeun anak, dugi pada jadi sarjana. Ngalestarikeun budaya leluhur (Benar saya dan keluarga membuat dapros sudah lebih 20 tahun. Alhamdulillah, hasilnya bisa menghidupi keluarga, bisa menyekolahkan anak hingga  jadi sarjana),” kata Ibu Akriah kepada bantengate, saat mampir ke rumah produksinya, usai liputan kegiatan TMMD ke-110/2021.

Menurut Ibu Akriah, produksi dapros setiap harinya laku terjual. Kerupuk dapros yang masih belum kering juga sudah pada dibeli pelanggan.  Pembeli yang datang ke rumah produksinya itu, warga desa setempat, warga Cileles, Muaradua dan pedagang di kota Rangkasbitung.

Pembeli dengan pesanan yang cukup banyak datang dari Balaraja, Kresek, Tangerang Raya, dengan omzet senilai Rp 7,5 juta – Rp 10 juta/bulannya.

“Mereka ambil sendiri ke tempat saya. Order itu sering keteteran, apalagi waktu pemesanan bersamaan dengan pelanggan dari Jakarta dan Bogor,” kata Akriah.

Produk kerupuk “Dapros Gurih Ibu Akriah”, belum dikemas secara bagus. Setelah kerupuk dapros kering, dimasukan kedalam kantong plastik dengan jumlah 35 biji dan dijual  dengan harga 15 ribu/kantong. Belum dibuatkan label dan kemasan yang menarik.

Bujeng-bujeng, keur ngurus label atawa kemasan, teu kacepeng, sareung kirang modal na (jangankan untuk mengurus label atau kemasan, ini saja saya keteteran, ditambah kurangnya modal),” katanya lagi sambil membolak-balok dapros yang tengah siap dijemur diatas tempayan.

Kendala yang dirasakan dalam pengembangan usaha ini adalah terbatasnya tenaga dan permodalan. Sering keteteran modal saat ada order dari Tangerang Raya maupun Jakarta. Untuk mengatasinya, dengan terpaksa ia meminjam ke Bank Keliling yang masuk ke kampung-kampung, sekalipun dengan bunga yang tinggi.

“Sering mendengar ada program untuk bantuan UMKM, termasuk BLT UMKM dengan nilai Rp2,4 juta belum pernah menerima. Sering mendengar ada program KUR, pernah saya tempuh dan ternyata susah dan berbelit-belit berhubungan dengan bank pemerintah. Harus ada  jaminan, sedangkan disetujui atau tidak memakan waktu cukup lama. Bolak-balik ke Rangkasbitung, habis diongkos,” ungkap Ibu Akriah.

Sementara dari, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Lebak, belum pernah ada pembinaan. Begitupun dari BUMDES Jayasari, belum pernah ada untuk upaya pemberdayaan kepada pelaku usaha mikro.

Sekdis Koperasi dan UMKM Kabupaten Lebak, Omas, melalui pesan WhatsApp kepada bantengate, menyampaikan terima kasih atas informasi adanya pelaku UMKM di Desa Jayasari dengan produk kerupuk dapros dan akan segera ditindaklanjuti oleh bidang  UMKM guna pembinaan lebih lanjut.

Dalam pesan singkat, Sekdis Omas, juga tidak membantah dan membenarkan bahwa untuk menambah permodalan, banyak para pelaku UMKM di daerahnya berhubungan dengan bank keliling.

“Perlu urun rembug dan keterlibatan semua sektor untuk mengatasi hal tersebut,” kata Omas.– (vina/em)

Pos terkait