Ditulis oleh
Ikhwan Dimas Permana
Wartawan bantengate.id
TAHUN 2005, Tahlawi dan Hudson telah mengemukakan bahwa karakteristik dasar kulit udang yang diolah menjadi chitosan memiliki banyak manfaat. Chitosan mudah larut dalam asam, meskipun hanya asam cuka sekalipun, bentuknya seperti gumpalan dan memiliki kekentalan (viskositas) tinggi, sehingga memberikan peluang yang besar sebagai bahan dasar serat benang melalui metode pemintalan basah (wet spinning).
Prashanth dan Tharanathan (2007) juga mempertegas bahwa chitosan merupakan kopolimer linier yang terdiri dari 2-amino-2-deoxy-â-D-glucopyranose dengan konfigurasi Alpha-1,4. Konfigurasi ini memiliki struktur tidak bercabang dan memiliki sifat kaku (rigidity). Selanjutnya Li dan Hsieh (2005) menyatakan bahwa pembentukan serat pada chitosan dikarenakan strukturnya (D-glukosamin) yang mirip dengan selulosa dan tingginya kapasitas ikatan hidrogen diantara rantai molekulnya sehingga memungkinkan untuk membentuk serat.
Dari dasar tersebut akhirnya dengan percaya diri penelitian ini dimulai. Rupanya kendala yang terjadi adalah bahwa chitosan tidak bisa diproduksi secara mandiri, ada teknik tertentu dimana prosedur yang benar akan menghasilkan produk akhir yang sempurna. Untungnya sahabat kampus memberikan informasi bahwa bahan baku chitosan bisa dipesan di PT Vitalhouse Indonesia.
Baca juga Kulit Udang Bisa Menjadi Alternatif Bahan Baku Tekstil (Bagian 1)
Berbekal literatur dan journal dari dosen pembimbing, akhirnya ramuan dan racikan diciptakan untuk menguji karakteristik chitosan menjadi serat. Rasa penasaran ini terus membesar ketika alat yang tersedia di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB tidak cukup. Akhirnya ditemukanlah saya dengan dosen dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, dan kebetulan sekali teknik industri tekstil disana menjadi unggulan dan menjalin kerjasama dengan PT Indorama Synthetic di Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.
Tibalah saat dimana saya diundang oleh Kepala Bagian Produksi PT Indorama Synthetic. Pabrik ini terletak di Kp. Ubrug Desa Kembang Kuning – Kec. Jatiluhur – Purwakarta, Desa Desa Kembangkuning, Kecamatan Jatiluhur. Dalam kesempatan itu saya diijinkan untuk berkeliling melihat proses pembuatan serat / benang dari kapas atau sintetik (poliester). Tercatat di semester I 2020, penyelesaian proyek pabrik serta polyester telah menyerap US$ 31 juta dari total investasi sekitar US$ 42 juta hingga akhir semester I 2020.
Dari pengalaman berharga tersebut saya coba terapkan di penelitian ini. Kesulitan alat dan sarana praktek saat itu menjadi kendala besar, namun bak gayung bersambut, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta memberikan akses penuh untuk menggunakan laboratorium kimia tekstil hingga selesai secara gratis, luar biasa. (bersambung)
– dari berbagai sumber –