BANTENGATE.ID,LEBAK:–Berawal dari niat memberikan motivasi kepada warganya, Jajang Kurniawan, Kepala Desa (Kades) Citorek Timur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, mengembangkan budidaya pembesaran ikan mas di aliran sungai Citorek dengan menggunakan kerangkeng.
“Membesarkan budidaya di aliran sungai, memiliki potensi yang besar dan peluang pasar yang bagus. Ikan Mas cepat menjadi besar dan kualitas daging menjadi bagus, karena ikan terus bergerak mengikuti arus aliran sungai,” kata Jajang, Senin (17/5).
Jajang Kurniawan yang juga menjabat Kades Citorek Timur ini, mengatakan, potensi pembesaran ikan mas sudah dari dulu dikembangkan oleh masyarakat Citorek. Pembesaran ikan tersebut dikembangkan disekitar aliran sungai di dalam sebuah Rangkeng.
“Kerangkeng adalah media atau sarana sebagai tempat ikan yang terbuat dari bahan kayu atau bambu, berbentuk kotak dengan ukuran disesuaikan dengan kondisi dan ditempatkan di aliran sungai. Ikan Mas yang dimasukan kedalam kotak kerangkeng menjadi terjadga dari arus sungai,” kata Jajang.
Menurut Jajang, melakukan usaha budidaya pembesaran ikan mas, mampu membantu mendapatkan penghasilan tambahan. Masyarakat Citorek Timur sudah banyak yang mengikuti jejaknya. Di sepanjang aliran sungai di perkampungan Citorek, nampak berjajar kerangkeng ikan mas tertata rapi dan menjadikan pemandangan tersendiri.
“Pemerintah Desa Citorek Timur, dalam waktu dekat akan menata lebih baik lagi aliran sungainya. Selain itu, mengajak masyarakat untuk sadar menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah ke aliran sungai. Lebih baik aliran sungai itu dihiasai dengan kerangkeng yang didalamnya penuh dengan ikan, sehingga bisa menamah penghasilan.” kata Jajang yang populer d sapa dengan panggulan Jaro Citorek Timur.
Sementara, Dede Ikbal, pembudidaya ikan mas Citorek menyampaikan bahwa ikan yang dipelihara di dalam kerangkang memiliki pangsa pasar tersendiri. Para pembeli umumnya para pemilik kolam pancing dari daerah Bogor. Pembeli ikan untuk pancing galatama ini rata-rata membeli ikan dengan ukuran berat 5-6 kg atau lebih.
Menurut Dede, bahwa adanya pembesaran ikan mas ini justru membantu perekonomian masyarakat Citorek. Potensi ikan mas ditengah pandemi Covid-19 justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembudidaya ikan mas.
Desa Citorek, selain potensi pengembangan dan pembesaran ikan mas, juga juga dikenal dengan keindahan destinasi wisatanya dengan sebutan “Negeri di atas awan” Gunung Luhur.
Destinasi wisata “negeri di atas awan”, adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Lebak. Sejak tahun 2018 destinasi wisata ini, sebelum pandemi covid-19 pada hari libur selalu ramai dengan pengunjung. Apalagi sarana transfortasi ke wilayah tersebut sudah tersedia jalan yang bagus. Dari Rangkasbitung, rute yang ditempuh adalah ke arah Wewengkon Citorek. Perjalanan bisa ditempuh sekitar 4 jam dari Kota Rangkasbitung dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketinggian Gunung Luhur sekitar 900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk menikmati pemandangan elok “negeri di atas awan” wisatawan bisa menyaksikannya pada 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB.
Masyarakat Desa Citorek dalam keseharianya masih mempertahankan adat leluhur budaya sunda buhun yang tertata dalam Wewengkon Kasepuhan Banten Kidul. Masyarakat Citorek menjalankan sosial budaya patuh dan taat sesuai dengan adat leluhur atau “tatali paranti karuhun” (adat istiadat warisan nenek moyang).
Kendati masyarakat adat Citorek masih memegang erat tradisi nenek moyang, namun warga di Citorek hampir sama dengan masyarakat adat Cisungsang yakni, sudah terbuka dengan dunia luar. Banyak warga Citorek yang menjadi pejabat di Kabupaten/Kota dan Provinsi Banten.
Menurut para sepuh, wewngkon Kasepuhan Citorek awalnya berada di Kampung Guradog, Desa Curug Bitung, Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak. Pada 1946, Kasepuhan Citorek kemudian berpindah ke wilayah Citorek karena perintah leluhur.
Nama Citorek disematkan, bermula saat awal pindah dan sampai ke kawasannya sekarang. Mereka tidak menyadari akan adanya sungai berair deras yang kemudian menjadi lokasi tempat mereka beristirahat. Selanjutnya, sungai itu dinamai sebagai Sungai Citorek.
Masyarakat Kasepuhan Citorek tersebat di lima desa; Citorek Tengah, Citorek Timur, Citorek Barat, Citorek Kidul, dan Citorek Sabrang. Adapun pusat kelembagaan adat masyarakat Kasepuhan Citorek berada di Desa Citorek Timur.– (mir/vina)